KONTAN.CO.ID - MILAN. Cerita miris akibat kurangnya tenaga medis dan alat perlindungan diri (APD) juga terjadi di Italia. Salah satu warga Italia, Silvia Bertuletti menceritakan, dirinya perlu 11 hari untuk bisa membujuk seorang dokter lewat sambungan telepon agar bersedia mengunjungi rumahnya guna memeriksa ayahnya yang berusia 78 tahun, Alessandro. Sang ayah belakangan menderita demam dan kesulitan bernafas. Ketika seorang dokter panggilan pergi ke rumahnya di dekat Bergamo, di pusat penyebaran virus corona di Italia utara, pada malam 18 Maret, sudah terlambat. Alessandro Bertuletti dinyatakan meninggal pada pukul 1:10 pagi pada 19 Maret, 10 menit sebelum ambulans yang dipanggil beberapa jam sebelumnya tiba. Satu-satunya obat yang ia resepkan, melalui telepon, adalah obat penghilang rasa sakit ringan dan antibiotik. "Ayah saya dibiarkan mati sendirian, di rumah, tanpa bantuan. Kami ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan perlakuan seperti itu," ujar Bertuletti seperti dikutip Reuters, Senin (6/4).
Dokter Italia kekurangan masker dan APD, banyak pasien terlantar
KONTAN.CO.ID - MILAN. Cerita miris akibat kurangnya tenaga medis dan alat perlindungan diri (APD) juga terjadi di Italia. Salah satu warga Italia, Silvia Bertuletti menceritakan, dirinya perlu 11 hari untuk bisa membujuk seorang dokter lewat sambungan telepon agar bersedia mengunjungi rumahnya guna memeriksa ayahnya yang berusia 78 tahun, Alessandro. Sang ayah belakangan menderita demam dan kesulitan bernafas. Ketika seorang dokter panggilan pergi ke rumahnya di dekat Bergamo, di pusat penyebaran virus corona di Italia utara, pada malam 18 Maret, sudah terlambat. Alessandro Bertuletti dinyatakan meninggal pada pukul 1:10 pagi pada 19 Maret, 10 menit sebelum ambulans yang dipanggil beberapa jam sebelumnya tiba. Satu-satunya obat yang ia resepkan, melalui telepon, adalah obat penghilang rasa sakit ringan dan antibiotik. "Ayah saya dibiarkan mati sendirian, di rumah, tanpa bantuan. Kami ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan perlakuan seperti itu," ujar Bertuletti seperti dikutip Reuters, Senin (6/4).