KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dokumen Investasi dan Kebijakan Komprehensif atau
comprehensive investment and policy plan (CIPP) dari skema pendanaan transisi energi berkeadilan (JETP) resmi diluncurkan. Di dalam CIPP baru, jumlah hibah dari negara pendonor bertambah.
Kepala Sekretariat JETP, Edo Mahendra menjelaskan perbedaan draf CIPP dengan dokumen final yang hari ini diluncurkan ialah dari jumlah hibah yang diterima Indonesia.
“Secara umum tidak ada target, simulasi, proyek, dan pendanaan yang berbeda dari dokumen sebelumnya. Hanya saja ada tambahan hibah dari Uni Eropa,” jelasnya ditemui usai peluncuran CIPP JETP di Kementerian ESDM, Selasa (21/11).
Baca Juga: Kementerian ESDM: Pendanaan JETP Jadi Katalis Investasi Transisi Energi di Indonesia Melansir CIPP JETP, dana hibah dari Uni Eropa meningkat dari yang sebelumnya US$ 26,5 juta menjadi US$ 29,6 juta. Sedangkan hibah dari pihak lain masih tetap sama seperti komitmen awal. Perinciannya, Kanada US$ 10 juta, Denmark US$ 1,9 juta, Jerman US$ 167,2 juta, Amerika Serikat US$ 66,7 juta, dan ETM US$ 20 juta.
Dengan bertambahnya bantuan dana dari Uni Eropa, total hibah yang akan diterima Indonesia menjadi US$ 295,4 juta dari yang sebelumnya US$ 292,3 juta.
Selama hampir dari 20 hari Sekretariat JETP membuka peluang ke publik untuk memberikan masukan pada draft CIPP. Edo mengungkapkan ada lebih dari 400 baris komentar dari 30 individu dan organisasi yang memberikan umpan balik pada dokumen tersebut.
Dari ratusan
feedback tersebut, Sekretariat JETP mencoba mengakomodasi dengan memasukkan paragraf tambahan dari komunitas. Namun dia menegaskan tidak ada hal fundamental yang berubah di dalam dokumen final CIPP.
Edo menyatakan, dokumen ini akan menjadi ‘
living document’ yang akan terus dimutakhirkan setiap tahunnya agar senantiasa mencerminkan kondisi perekonomian global dan prioritas kebijakan dalam negeri.
Baca Juga: Dokumen Investasi dan Kebijakan (CIPP) JETP Resmi Diluncurkan Komitmen pendanaan yang disepakati dalam pernyataan bersama awalnya bernilai US$ 20 miliar. Namun kini dengan berbagai penambahan telah mencapai US$ 21,6 miliar di mana US$ 11,6 miliar bersumber dari dana publik negara-negara IPG, sedangkan US$ 10 miliar akan berasal dari bank-bank internasional yang bergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) working group.
Dokumen CIPP merumuskan skenario dekarbonisasi yang telah merumuskan target kondisional bersama emisi gas rumah kaca bagi sektor ketenagalistrikan
on-grid sebesar 250 juta ton CO2 dengan porsi energi terbarukan mencapai 44% di tahun 2030. Selain itu, peta jalan JETP juga menetapkan pencapaian emisi nol bersih ketenagalistrikan pada tahun 2050, satu dekade lebih cepat dari peta jalan yang sedang dipersiapkan pemerintah Indonesia. CIPP 2023 akan fokus kepada sistem ketenagalistrikan
on-grid. Sementara bagi sistem ketenagalistrikan
off-grid akan dilaksanakan analisis yang lebih mendalam untuk menetapkan strategi dekarbonisasi yang sejalan dengan cita-cita industrialisasi dan hilirisasi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .