KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara, melalui dokumen resmi yang dirilis pada Minggu, menuduh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memperbesar risiko perang nuklir dengan kebijakan-kebijakannya terhadap Korea Utara. Dokumen tersebut disusun oleh Institut Studi Negara Musuh Korea Utara dan dipublikasikan oleh kantor berita KCNA. Dokumen itu mengkritik berbagai tindakan Yoon, termasuk pernyataan yang dinilai sembrono terkait perang, pengabaian terhadap perjanjian antar-Korea, serta keterlibatannya dalam perencanaan perang nuklir bersama Amerika Serikat.
Baca Juga: 8.000 Tentara Korut Bakal Mulai Operasi Tempur dengan Ukraina, Ini Kekuatannya Selain itu, Yoon juga dikritik karena memperkuat hubungan dengan Jepang dan NATO. "Langkah-langkah militernya yang semakin memburuk hanya menghasilkan konsekuensi paradoks karena mendorong (Korea Utara) untuk menimbun senjata nuklirnya pada tingkat eksponensial dan lebih jauh mengembangkan kemampuan serangan nuklirnya," demikian isi dokumen tersebut. Yoon, yang dikenal konservatif, telah mengambil sikap keras terhadap Korea Utara, yang tetap melanjutkan pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya meski ada larangan dari Dewan Keamanan PBB. Pemerintah Korea Selatan menuding Korea Utara sebagai pihak yang meningkatkan ketegangan melalui uji coba senjata serta dukungannya terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.
Baca Juga: Rusia: Hubungan Militer Kami dengan Korea Utara Tidak Melanggar Hukum Internasional Sejak awal tahun ini, Kim Jong Un menyatakan Korea Selatan sebagai "musuh utama," menandai perubahan drastis dalam hubungan antar-Korea. Pyongyang pun telah memutuskan hubungan bilateral, termasuk meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di wilayah perbatasan mereka bulan lalu. Citra satelit menunjukkan Korea Utara juga membangun parit besar di bekas persimpangan tersebut. Kedua negara secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Ketegangan semakin meningkat setelah Pyongyang mengklaim balon-balon yang diterbangkan dari Korea Selatan sebagai ancaman, meski hal itu dilakukan oleh aktivis anti-rezim. Dokumen yang dirilis Korea Utara juga menyebutkan skandal politik dalam negeri Yoon, termasuk kasus yang melibatkan istrinya, yang dinilai berkontribusi terhadap rendahnya tingkat persetujuan publik terhadap Yoon.
Baca Juga: Sekjen NATO Konfirmasi Kehadiran Pasukan Korea Utara di Rusia Sementara itu, Amerika Serikat mengerahkan pembom B-1B untuk latihan udara gabungan dengan Korea Selatan dan Jepang pada Minggu sebagai respons terhadap peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Korea Utara baru-baru ini. Latihan ini menunjukkan komitmen ketiga negara dalam menghadapi ancaman nuklir dan rudal dari Korea Utara. Ini adalah latihan udara gabungan kedua antara ketiga negara pada tahun ini, serta merupakan pengerahan keempat pembom strategis AS ke Semenanjung Korea pada tahun 2024.
Editor: Noverius Laoli