KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah tiga bulan terhadap mata uang utamalainnya pada hari Selasa (28/11). Setelah semalam tergelincir akibat data penjualan rumah baru yang lebih lemah dari perkiraan. Sementara para trader bertaruh bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga pada paruh pertama tahun depan. Melansir
Reuters, Indeks dolar, sebuah ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang, terakhir berada di 103,11, terendah sejak 31 Agustus. Dolar mengalami penurunan lebih dari 3% di bulan November, performa terburuknya dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Simak Prediksi Rupiah Hari Ini, Selasa (28/11), Bisa Menguat Lagi? Sebagai informasi, penjualan rumah baru AS turun 5,6% ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 679.000 unit di bulan Oktober. Atau di bawah 723.000 unit yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh
Reuters dan membuat imbal hasil obligasi AS turun. Sementara itu, ekspektasi pasar bahwa siklus kenaikan suku bunga the Fed akhirnya telah berakhir juga telah memberikan tekanan pada greenback. Suku bunga berjangka AS menunjukkan sekitar 25% kemungkinan bahwa The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga pada awal Maret dan meningkat menjadi hampir 45% pada bulan Mei, menurut CME FedWatch tool. "Melambatnya momentum pertumbuhan, suku bunga puncak, penurunan suku bunga tahun depan, dan pelepasan posisi long: ini adalah dinamika yang mendorong pelemahan dolar AS dan menggerakkan seluruh mata uang," kata Kyle Rodda, senior analis pasar keuangan di
Capital.com.
Baca Juga: Konflik Mata Uang Memperburuk Perdagangan Minyak Rusia dengan Asia "Apa pun yang membuat tren tersebut dipertanyakan akan mengubah prospek; namun, bar untuk itu terjadi cukup tinggi," tambahnya Rodda mengatakan bahwa dolar kemungkinan memiliki lebih banyak ruang untuk jatuh. Para pedagang sekarang mengincar data
Personal Consumption Expenditure (PCE) AS - ukuran inflasi yang disukai The Fed - minggu ini untuk mendapatkan lebih banyak konfirmasi bahwa inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini melambat. PCE berada di puncak serangkaian peristiwa ekonomi penting lainnya minggu ini, termasuk data indeks manajer pembelian (PMI) China dan keputusan OPEC+. Setelah menunda pertemuan kebijakannya hingga hari Kamis ini, OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperdalam pemangkasan produksi minyak, menurut sumber OPEC+. Di tempat lain, Dolar Australia sempat menyentuh level tertinggi tiga setengah bulan di $0,66155 sebelum jatuh ke $0,66105. Data yang dirilis pada Selasa pagi menunjukkan bahwa penjualan ritel domestik di bulan Oktober menurun dari bulan sebelumnya. Kiwi juga sempat menyentuh level tertinggi sejak 10 Agustus di $0,61055 sebelum turun kembali ke $0,61005.
Baca Juga: Dedolarisasi Dikhawatirkan Merusak Perdagangan Minyak Rusia dengan Asia Reserve Bank of New Zealand mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada hari Rabu, di mana mereka diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada 5,50% untuk keempat kalinya berturut-turut. Di tempat lain, yen bertahan di sekitar 148,10 karena pelemahan dollar baru-baru ini terus berlanjut dan memberikan sedikit ruang bagi mata uang Jepang untuk bernapas.
Meskipun tugas The Fed mungkin telah selesai, ekspektasi meningkat untuk Bank of Japan yang akhirnya mulai keluar dari kebijakan moneter ultra-longgarnya; lebih dari separuh ekonom yang disurvei oleh
Reuters memperkirakan bank sentral Jepang akan mengambil tindakan pada pertemuan bulan April. Dolar "masih memiliki keunggulan imbal hasil yang signifikan terhadap yen," Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG dalam sebuah catatan. "Kami menduga pelonggaran agresif tidak mungkin terjadi kecuali (dolar/yen) menembus support channel tren di area 146.50/30." Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto