KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) mencatatkan performa mingguan terbaiknya dalam sebulan pada Jumat (13/12), di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan memperlambat laju pemotongan suku bunga tahun depan. Sementara itu, pound sterling melemah setelah data menunjukkan kontraksi mengejutkan pada aktivitas ekonomi Inggris.
Baca Juga: Kombinasi Faktor Domestik dan Eksternal Bikin Rupiah Anjlok ke Rp 16.009 per Dolar AS Indeks dolar, yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, stabil di level 106,94. Namun, secara mingguan, dolar mengalami kenaikan hampir 1%, menjadi yang terbesar dalam sebulan terakhir. Data AS pada Kamis menunjukkan pasar tenaga kerja mulai mendingin sesuai ekspektasi, sementara inflasi harga produsen menguatkan pandangan bahwa The Fed kemungkinan akan memotong suku bunga pada pertemuan 18 Desember. Namun, langkah pemotongan berikutnya diperkirakan berjalan lebih lambat pada 2025. Menurut alat prediksi CME FedWatch, pasar memproyeksikan peluang pemotongan suku bunga pada Januari hanya sekitar 24%, dengan Maret menjadi waktu yang lebih memungkinkan untuk langkah selanjutnya.
Baca Juga: Ekonomi Inggris Mengalami Perlambatan Dua Bulan Berturut-turut Menjelang Tutup Tahun Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank mengatakan bahwa perlambatan kemajuan menuju target inflasi memungkinkan The Fed untuk mengambil pendekatan lebih hati-hati pada tahun depan. Presiden The Fed Bank of San Francisco Mary Daly juga menyuarakan pandangan serupa bulan ini, dengan menyatakan bahwa ia nyaman untuk mendukung pemotongan suku bunga pada Desember tetapi menyarankan pendekatan yang lebih "berpikir matang" untuk langkah berikutnya. Yen Melemah, Pound Tertekan Dolar AS menguat terhadap yen sebesar 0,5% ke 153,465 yen, level tertinggi sejak akhir November. Yen menjadi mata uang berkinerja terburuk minggu ini, dengan dolar mencatat kenaikan 2% terhadap yen. Sementara itu, pound sterling turun 0,2% menjadi $1,2647 setelah data menunjukkan ekonomi Inggris menyusut 0,1% pada Oktober, berlawanan dengan perkiraan pertumbuhan 0,1%.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,3% ke Rp 15.987 Per Dolar AS pada Jumat (13/12) Di sisi lain, euro menguat 0,26% menjadi $1,0493 setelah sebelumnya sempat melemah. Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dan membuka kemungkinan untuk langkah pemotongan lebih lanjut. Swiss franc juga berada di bawah tekanan setelah keputusan mengejutkan bank sentral untuk memangkas suku bunga sebesar setengah poin. Dolar terakhir tercatat naik 0,1% menjadi 0,8935 franc, sementara euro naik 0,4% menjadi 0,9375 franc. Sementara, Yuan berada di level 7,2826 per dolar di pasar offshore, dengan laporan yang menunjukkan China mempertimbangkan langkah untuk membiarkan mata uangnya melemah guna menghadapi dampak dari potensi perang dagang AS. Bitcoin kembali naik ke atas US$100.000, mendekati rekor tertingginya di US$103.649 yang dicapai pada 5 Desember.
Editor: Yudho Winarto