Dolar AS Diproyeksi Terus Menguat, JPY dan CHF Berpotensi Bertahan Tahun Depan



KONTAN.CO.ID- JAKARTA. Sepanjang tahun 2024, mata uang global umumnya tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan keperkasaannya. 

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menjelaskan awalnya data ekonomi AS yang lebih kuat membuat prospek pemangkasan suku bunga The Fed kian mundur dan membuat dolar semakin perkasa. 

Tetapi belakangan setelah itu Trump menang pilpres, kekhawatiran tarif akan kembali menaikkan inflasi dan tingkat suku bunga. 


Baca Juga: Efek Trump Berpotensi Kuatkan Dolar, Raih Cuan dari Deposito Valas Bunga Spesial

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh kondisi geopolitik Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.

Selain itu, pelemahan ekonomi China juga memberikan sentimen negatif bagi mata uang Asia karena berpotensi mempengaruhi kinerja negara-negara di kawasan Asia.

"Ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan ekonomi AS kedepannya terutama setelah kemenangan Trump yang akan berpotensi menaikkan tarif impor barang Tiongkok yang selanjutnya berpotensi memicu perang dagang," kata Joshua kepada KONTAN, Kamis (12/12).

Sementara untuk tahun depan perkiraannya dolar akan tetap menguat dan menjadi aset safe haven, sentimen utamanya dipengaruhi oleh kebijakan Trump. 

Lukman menjelaskan apabila tarif tersebut diberlakukan maka negara yang tidak terlalu tergantung ekspornya pada AS akan menguat, misalnya Indonesia, Vietnam dan Thailand. 

Tetapi ketiga mata uang tersebut tidak serta merta menguat, melainkan perlu disertai dengan inflow yang besar dan kondisi ekonomi domestik yang kuat.

Di sisi lain adalah situasi geopolitik di Timur Tengah, perang di Ukraina, dan tensi China-US-Taiwan yang masih penuh ketidakpastian akan sangat memengaruhi pergerakan mata uang. Selain itu tahun depan berpotensi terjadi perang dagang global apabila sesuai dengan janji Trump. 

Di tengah ketidakpastian tersebut, Lukman menilai setidaknya CHF dan JPY memiliki potensi untuk menguat. 

Ia menjelaskan bahwa meskipun perang dagang dapat memicu kenaikan inflasi global, Bank of Japan (BoJ) memiliki ruang lebih besar untuk menaikkan suku bunga mengingat suku bunga Jepang saat ini masih mendekati nol. 

"Negara mata uang utama yang suku bunganya masih tinggi akan kesulitan untuk berbalik menaikkan suku bunga. Hal ini berbeda dengan BoJ yang justru diharapkan investor untuk memulai siklus normalisasi atau kenaikan suku bunganya," kata Lukman kepada KONTAN, Kamis (12/12). 

Baca Juga: Dolar Amerika Serikat yang Melemah Bikin Rupiah Menguat

Namun, lanjut Lukman, situasi ini dapat berubah jika perang dagang bergeser menjadi perang mata uang. China telah mengindikasikan bahwa pihaknya mungkin mempertimbangkan pelemahan Yuan untuk mendorong ekonomi dan meminimalisir dampak tarif yang diberlakukan oleh Trump.

Josua setuju bahwa JPY yang paling potensial menguat akibat divergensi kebijakan bank sentral, dengan BoJ yang menaikkan suku bunga sementara Federal Reserve (Fed) menurunkan suku bunga pada 2025.

Selain itu, ia mencermati CHF sebagai kandidat kuat yang diperkirakan bertahan dihadapan dolar. Ini karena CHF merupakan mata uang safe haven dan memiliki potensi tetap didukung meskipun ada tekanan dari kebijakan dovish Swiss National Bank (SNB).

"CHF cenderung diminati dalam kondisi geopolitik yang tidak stabil," kata Josua. 

Sementara EUR punya peluang menguat hanya jika terjadi penyelesaian konflik Ukraina atau penguatan fundamental ekonomi Zona Euro.

Bagi investor, Josua mengatakan EUR/IDR diperkirakan bakal mengikuti pelemahan kalau dihadapan dolar AS. Namun mata uang ini perkiraannya tetap stabil terhadap rupiah dengan rata-rata nilai tukar EUR/IDR di sekitar 16.500-17.000. Sementara JPY/IDR potensial di kisaran 105-110.

Kalau Lukman memperkirakan rupiah bakal bergerak melemah pada tahun depan dalam kisaran Rp 16.000 sampai Rp 16.500 per dolar AS jika dibandingkan dengan level rupiah saat ini. 

Sedangkan JPY/IDR akan berkisar di level 115-125, dan CHF/IDR pada level 18.500-19.000.

Selanjutnya: Per Oktober Perbankan Sudah Salurkan 88,06% KUR, Target KUR 2024 Hampir Tercapai

Menarik Dibaca: 5 Hal yang Harus Dilakukan setelah Eksfoliasi Wajah, Jangan Dilewatkan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi