KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) masih sulit ditaklukkan. Dolar AS diyakini masih menjadi mata uang pilihan di tahun depan. Analis DCFX Futures Lukman Leong mencermati bahwa dolar AS masih cukup kuat bertahan dari pelemahan lebih lanjut, meskipun ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed bakal berjalan pelan. "Hal itu karena tingkat suku bunga Bank Sentral AS masih sangat tinggi dibandingkan mata uang utama dunia lainnya," jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (4/12).
Lukman memaparkan bahwa
terminal rate The Fed diperkirakan akan di atas 5%. Posisi suku bunga itu jauh lebih tinggi dari European Central Bank (ECB) sebagai rivalnya di angka 3%.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat pada Senin (5/12) Belum lagi, tahun depan The Fed nampaknya masih akan menaikkan suku bunga. Walaupun tidak besar namun aksi kerek suku bunga kemungkinan akan berlangsung hingga 2024. Seperti diketahui, penguatan dolar AS di sepanjang tahun ini memang terdorong oleh kebijakan suku bunga The Fed. Secara
year to date (YtD), dolar AS berhasil menguat terhadap rupiah sebesar 8,14% menuju level Rp 15.425 pada akhir perdagangan Jumat (2/12). Di samping itu, Lukman menilai Dolar Singapura juga cukup prospektif di tahun ini. Kinerja SGD/IDR sukses bertumbuh 8,19% secara YtD. Penguatan dolar Singapura tidak terlepas dari adanya pengetatan Otoritas Moneter Singapura (MAS). Di sisi lain, penguatan cenderung disebabkan oleh
capital inflow dan status SGD sebagai mata uang
safe haven regional. Sementara penguatan JPY/IDR dalam sebulan ini sekitar 8,24% karena adanya pelemahan dolar AS dan harapan apabila Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan kontrol pada imbal hasil Japanese Goverment Bond (JGB). Serta, bakal ada penarikan stimulus sementara apabila inflasi terus meningkat. Menurut Lukman, perlambatan ekonomi dan ancaman resesi terutama pada negara ekonomi utama dunia juga akan mendukung dolar AS sebagai
safe haven. Dolar AS diyakini tetap akan menjadi mata uang dengan imbal hasil tertinggi dan tetap akan menjadi yang terbaik di tahun 2024. "Kekuatiran perlambatan ekonomi akan menjadi faktor positif bagi dolar AS sebagai
safe haven," ujar Lukman. Yen Jepang juga diperkirakan akan menguat ke level 120 karena meredanya tekanan dari dolar AS. Sama halnya dengan dolar AS, yen jepang juga akan menyandang status
safe haven.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Menguat Pekan Depan, Simak Sentimen Pendorongnya Sementara, nasib rupiah sendiri sangat tergantung pada data-data ekonomi domestik. Meski tekanan dari dolar AS mereda, namun investor masih belum banyak memandang rupiah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi. Dari eksternal, rupiah akan mendapatkan keuntungan oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara ekonomi utama dunia yang diharapkan bisa lebih baik. Lukman memproyeksikan
pairing JPY/IDR berkisar Rp 125.00 di tahun 2023. Kemudian SGD/IDR di level Rp 11.800, serta USD/IDR di rentang Rp 15.000 - Rp 16.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi