Dolar AS jadi safe haven favorit, harga emas semakin meredup



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menjadi aset safe haven paling berkilau, harga emas dunia kini mulai berbalik. Dalam beberapa hari terakhir, tren harga si kuning terus turun. 

Merujuk Bloomberg, harga emas spot pada Jumat (25/9) kembali terkoreksi 0,35% ke level US$ 1.861,59 per ons troi. Jika dihitung sejak level tertingginya pada 6 Agustus yang berada di US$ 2.063,54 per ons troi, emas sudah terjun bebas 9,79% dalam kurun waktu tersebut.

Perak sebagai komoditas yang pergerakannya mengekor harga emas pun pada akhirnya bernasib sama. Mengutip Bloomberg, perak spot pada Jumat (25/9) turun 1,12% ke level US$ 22,89 per ons troi. Jika dihitung sejak level tertingginya pada 10 Agustus yakni US$ 29,13 per ons troi, perak sudah tergelincir hingga 21,42%.


Analis HFX International Ady Phangestu mengatakan, harga kedua komoditas tersebut turun karena pelaku pasar terus menghindari aset berisiko. Pasar lebih memilih aset safe haven yang lebih likuid, terbukti dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan yen Jepang sejak minggu lalu. 

Baca Juga: Harga emas merosot 4,58% sepekan, investor pilih safe haven yang lain

“Ekuitas dan aset komoditas semakin terpukul, di tengah peringatan suram tentang perkembangan virus dan pembatasan sosial yang diperketat. Kekhawatiran pada pembatasan penuh di negara-negara Eropa dan Inggris mungkin sedikit berlebihan, tetapi dari segi ekonomi sebenarnya memang jauh dari kondisi normal,” jelas Ady kepada Kontan.co.id, Sabtu (26/9).

Kekhawatiran terhadap pengetatan tersebut dinilai Ady juga mengirim sinyal kuat untuk penurunan perak. Ini karena industri akan mengalami stagnasi untuk sementara seiring pembatasan tersebut. Sementara terkait rilis data tingkat pengangguran di AS, Ady menyebut justru tidak berpengaruh banyak terhadap penurunan harga emas maupun perak. 

Di sisi lain, Adi menyebut Kongres AS yang terus menemui jalan buntu mengenai rancangan undang-undang dukungan fiskal baru juga menekan harga emas. Belum lagi ketidakpastian tentang pemilu AS mendatang turut membuat pelaku pasar semakin berhati-hati. Kondisi inilah yang pada akhirnya membuat permintaan terhadap komoditas terus menurun dan beralih ke dolar AS.

Baca Juga: Harga emas Antam stabil di Rp 1.006.000 per gram pada Minggu (27/9)

Dengan kondisi saat ini dan kemungkinan perkembangan situasi ke depan, Ady menilai kemungkinan untuk emas kembali menembus batas US$ 2.000 per ons troi cukup kecil. Menurut dia, saat ini perkembangan moneter bergerak jauh lebih cepat daripada emas menuju level US$ 2,000 per ons troi.

“Kontrak emas spot September yang berakhir 29 September, telah membuat pembeli membuka kontrak baru setiap hari sejak pengiriman dimulai dan meminta pengiriman pada kontrak spot tersebut. Pada 21 September, harga emas menembus rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak Juni, mengkonfirmasikan tren turun sedang dimainkan,” tambah Ady.

Dengan demikian, Ady memperkirakan penurunan emas dan perak mungkin masih akan berlanjut terbatas, sebelum naik kembali di bawah kisaran US$ 2.000 untuk emas dan perak di dekat US$ 25. Dari sisi teknis, Ady melihat masih ada peluang harga kembali ke atas, sebelum benar-benar turun karena kondisi membaik. Ia pun menilai kedua komoditas ini akan memiliki pergerakan harga yang fluktuatif di akhir tahun.

“Jadi sebenarnya untuk pembelian emas maupun perak masih ada prospek, yakni di sekitar US$ 1.800 untuk emas dan sekitar US$ 20 untuk perak. Namun apabila harga emas kembali ke kisaran US$ 2.000 dan harga perak ke US$ 25, ada baiknya investor untuk melakukan penjualan,” pungkas Ady.

Baca Juga: Lagi, harta karun peninggalan gembong narkoba ditemukan tersembunyi di dinding rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati