KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali menguat tipis di tengah pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang utama dunia. Pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinkan untuk memotong suku bunga acuan AS, sedikit meredam kekhawatiran pelaku pasar di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah menguat tipis 0,18% ke level Rp 14.157 per dolar AS pada Kamis (10/10). Sementara mengutip data Bloomberg, kurs spot rupiah sedikit menguat 0,16% ke level Rp 14.150 per dolar AS. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menyatakan, penguatan kurs rupiah disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang saling mendukung. Di sisi eksternal, Ibrahim menilai berita mengenai perang dagang antara AS dan China memiliki perbedaan dan sering bertentangan dari masing-masing media tiap negara. Akibatnya, pelaku pasar dan investor perlu mencerna berbagai laporan tersebut dengan menyimpulkan AS dan China kemungkinan akan membuat kesepakatan dalam pertemuan di pekan depan.
Dolar AS kembali melemah, rupiah berpeluang menguat pada perdagangan esok
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali menguat tipis di tengah pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mayoritas mata uang utama dunia. Pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinkan untuk memotong suku bunga acuan AS, sedikit meredam kekhawatiran pelaku pasar di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah menguat tipis 0,18% ke level Rp 14.157 per dolar AS pada Kamis (10/10). Sementara mengutip data Bloomberg, kurs spot rupiah sedikit menguat 0,16% ke level Rp 14.150 per dolar AS. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menyatakan, penguatan kurs rupiah disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang saling mendukung. Di sisi eksternal, Ibrahim menilai berita mengenai perang dagang antara AS dan China memiliki perbedaan dan sering bertentangan dari masing-masing media tiap negara. Akibatnya, pelaku pasar dan investor perlu mencerna berbagai laporan tersebut dengan menyimpulkan AS dan China kemungkinan akan membuat kesepakatan dalam pertemuan di pekan depan.