Dolar AS Masih Bisa Menguat di Tengah Gelombang Kenaikan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) masih bisa menguat di tengah gelombang kenaikan suku bunga secara global. Menurut data Bloomberg, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS (USD) terhadap mata uang utama dunia melemah ke 108,13 pada Kamis (25/8) pukul 14.40 WIB dari posisi kemarin 108,68. 

Dolar AS juga melemah tipis terhadap rupiah. Siang ini, dolar melemah 0,19% terhadap rupiah ke Rp 14.820 dari posisi kemarin Rp 14.848 per dolar AS.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan penguatan dolar sangat wajar, mengingat the Fed jauh lebih agresif dengan kenaikan tingkat suku bunga dibandingkan dengan bank sentral utama lainnya. Dia menyebut, euro (EUR) yang menyumbang bobot sekitar 57% pada indeks dolar terus tertekan oleh kekhawatiran resesi dan krisis energi. Demikian juga dengan poundsterling (GBP)


"Sedangkan yen (JPY) terdepresiasi oleh divergensi kebijakan suku bunga dimana Bank of Japan masih mempertahankan suku bunga di 0,1%," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (25/8). 

Baca Juga: Naikkan Bunga Acuan, Bank Sentral Korea Selatan Ingatkan Ancaman Inflasi Belum Usai

Lukman mengatakan dolar masih berpotensi menguat. Mata uang Eropa tertekan oleh outlook yang suram pada ekonomi dan inflasi tinggi oleh krisis energi di Uni Eropa dan Inggris serta ekspektasi kenaikan suku bunga lanjutan the Fed. 

"Dolar juga akan menekan rupiah, tapi fundamental ekonomi yang solid pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan rekor surplus perdagangan akan menahan laju USD," imbuh Lukman.

Kenaikan suku bunga BI 7-Day Reserve Repo Rate juga dapat meredam dampak penguatan dolar terhadap rupiah. Bank Indonesia (BI)  juga rutin mengintervensi untuk menjaga stabilitas rupiah.

Baca Juga: Rupiah Spot Bertahan di Level Rp 14.826 Per Dolar AS Pada Tengah Hari Ini (25/8)

Menurut Lukman, selain dolar, mata uang yang menarik adalah mata uang komoditas seperti Canadian Dolar (CAD) dan Australian Dolar (AUD) yang akan bisa bertahan dari gempuran USD. Mata uang komoditas sangat didukung oleh tingginya harga komoditas seperti gas, minyak mentah dan batubara. 

Lukman mengatakan kenaikan suku bunga hanya diperlukan untuk merespon tingkat inflasi, jadi bukan untuk menguatkan mata uang.   Kenaikan suku bunga adalah tindakan kebijakan pengetatan moneter yang berimbas negatif pada pertumbuhan ekonomi. 

"Untuk tahun ini, indeks dolar bisa mencapai 113-115, terendah 103-105," ujar dia. 

Sedangkan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS untuk jangka pendek. Lukman memperkirakan rupiah berpotensi menyentuh Rp 15.500 per dolar AS-Rp 15.700 per dolar AS pada akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati