Dolar AS Masih Menguat Sepekan Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tertekan di tengah aksi tunggu pasar pada simposium Jackson Hole akhir pekan ini, mata uang dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat dalam sepekan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS (DXY) pada Kamis (25/8) siang berada di 108,18, turun tipis dari posisi kemarin 108,68. Tapi, indeks yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ini naik dari posisi 106,57 pada Kamis (17/8) pekan lalu.

"Imbal hasil T-Note (US Treasury) yang lebih tinggi mendukung dolar, setelah imbal hasil T-Note 10 tahun naik ke tertinggi dalam delapan minggu di 3,124%. Dan berita ekonomi AS hari Rabu bullish untuk dolar," kata Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo kepada Kontan.co.id, Kamis, (25/8). 


Sutopo menyebut, pasar sedang mencermati simposium Jackson Hole yang berlangsung 3 hari ke depan untuk mendapatkan petunjuk tentang kebijakan Federal Reserve di bulan September. Pasar menunggu apakah bank sentral AS akan melanjutkan kenaikan suku bunga dan tetap hawkish atau lebih dovish.

Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.827 Per Dolar AS Pada Kamis (25/8)

"Tren dolar masih relatif kuat, tapi penguatan yang berlebihan tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi karena mereka menjadi sulit untuk menjual barang mereka/ekspor dan kenaikan suku bunga membuat peminjam berkurang," imbuh Sutopo.

Sutopo mengatakan, hal ini terlihat dari koreksi teknis yang berlaku dalam pekan ini, dari puncak 20 tahun. Menurut dia, mata uang yang memiliki fundamental yang cenderung kuat. Ini terlihat pada dolar Kanada.

Sedangkan untuk rupiah, Sutopo memperkirakan akan berada di level Rp 14.750 per dolar AS dan akhir tahun di Rp 14.500 per dolar AS. Kurs rupiah ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia relatif stabil dan kenaikan suku bunga yang akan menahan inflasi.

"Jalur pengetatan suku bunga dari AS kemungkinan tidak seagresif yang diperkirakan. Dolar telah berperan sebagai lindung nilai di tengah prospek ekonomi global yang melambat," ucap dia.

Baca Juga: Dolar AS Masih Bisa Menguat di Tengah Gelombang Kenaikan Suku Bunga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati