Dolar AS Melemah, Ini Mata Uang yang Menarik untuk Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) terkonfirmasi menurun membuat dollar AS mengalami pelemahan. Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai, sepanjang tahun ini Dollar AS akan mengalami tren bearsih. Hal tersebut disebabkan penguatan rivalitas mata uang lainnya.

"Jadi potensi penguatan rivalitas akan terjadi di tahun ini sehingga sepanjang tahun ini Dollar akan melemah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/1).

Di tengah pelemahan Dollar AS, Nanang menilai mata uang euro, poundsterling dan yen menjadi sebuah hal yang menarik. Apalagi menyikapi kondisi terbaru dari rilis data inflasi (CPI) AS semalam, terlihat angka 6,5% memberikan prospek The Fed tidak akan melakukan langkah agresif kembali terkait suku bunga.


Selain itu, ia melihat suku bunga akan bertahan di 5,25% yang berarti ada 75bps lagi kenaikan yang akan terjadi. Nah, dengan inflasi yang melandai akan membuat agresivitas The Fed mereda.

Baca Juga: Dolar AS Melemah, Yen Jepang Diprediksi Outperform Tahun Ini

"Ini yang menjadikan sebuah tekanan yang dialami Dollar AS yang pada akhirnya rivalitas mengalami penguatan," jabarnya.

Di sisi lain, EUR bergerak positif seiring dengan adanya potensi yang harus dilakukan Bank Sentral Eropa (ECB) yaitu sebesar 125bps kembali terhadap suku bunganya yang saat ini berada di 2,5%. Hal tersebut yang membuat nilai tukar EUR menjadi langkah investasi yang menarik.

Lalu untuk JPY akan menjadi salah satu hal yang menarik karena nilai tukarnya akan bergerak menguat. Hal tersebut seiring dengan manuver Bank of Japan (BOJ) yang kemungkinan besar akan mengambil langkah pengetatan berhubungan ancaman inflasi yang mencapai level tertingginya dalam 40 tahun.

Kemudian untuk poundsterling, kata Nanang, juga sudah mengambil langkah agresif sebelum The Fed seiring aksi pemulihan ekonomi dan GDP.

"Kami juga lihat sebagai langkah-langkah untuk memperbaiki sisi politik dan ekonomi pasca embargo ataupun pasca eskalasi yang memberikan dampak cukup keras dalam negeri di Inggris dalam satu tahun ini," terangnya.

Di sisi lain, analis DFCX Futures Lukman Leong berpandangan bahwa dolar AS masih tetap menarik. Sebab, penurunan yang terjadi masih dalam batas koreksi yang wajar.

"Hanya masalah waktu sebelum inflasi di EU dan UK juga akan turun dan berbalik melemahkan EUR dan GBP. Saya melihat USD masih akan kuat, di luar itu JPY dan CHF yang juga mata uang safe haven," jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Menguat Tajam Hari Ini (13/1), Simak Sentimen Penggeraknya

Untuk CHF, Lukman menilai didukung oleh kebijakan SNB yang akan membiarkan mata uang mereka menguat dalam upaya meredam inflasi. Sementara JPY didukung bank sentralnya oleh harapan pengetatan oleh BOJ.

Untuk USD sendiri akan menjadi tujuan mata uang safe haven utama di tengah perlambatan dan resesi ekonomi global. Oleh sebab itu, hingga akhir tahun ini Lukman memperkirakan Dollar Index diperkirakan akan kembali naik ke kisaran 108-112.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi