KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valuta asing (valas) kian ramai ditransaksikan. Transaksi valas yang memanfaatkan selisih nilai tukar ini cukup digandrungi selain perdagangan emas. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, transaksi valas ataupun foreign exchange (forex) yakni memanfaatkan trading secara dua arah. Ketika harga mata uang naik atau turun, selalu ada peluang untuk mendapatkan cuan dan juga selalu ada risiko rugi. Volume perdagangan Forex khususnya perdagangan derivatif di Indonesia, setiap tahunnya diperkirakan sekitar 15 juta - 20 juta lot atau secara nilai transaksi sekitar Rp 20.000 – Rp 30.000 triliun.
Aktivitas perdagangan HFX juga trading di forex derivatif. Pasangan transaksi yang ramai ditransaksikan ialah Mata Uang Major seperti EUR-USD, GBP-USD, USD-JPY dan komoditas emas karena pergerakan harganya lebih fluktuatif dan likuid. Sutopo mengatakan, selisih angka suku bunga antar kedua negara dari mata uang tersebut, serta perdagangan ekspor-impor telah menghadirkan peluang bagi spekulan dan investor yang bisa dimanfaatkan untuk perdagangan jangka pendek maupun jangka menengah dan panjang. “Tingkat pengembalian yang tinggi, serta pengendalian resiko pada hakikatnya seperti pekerjaan umum lainnya yang telah menarik minat banyak orang,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (19/7).
Baca Juga: Industri PBK Tumbuh, Monex Investindo Optimistis Volume Transaksi Naik Double Digit Sutopo melihat situasi makro ekonomi terkini mengindikasikan dua bank berpotensi menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, yaitu ECB sebesar 25 bps dan BoE sebesar 50 bps dalam langkah untuk mengendalikan inflasi. Sementara, The Fed masih belum dapat dipastikan antara jeda atau menaikkan 25 bps. Sejauh ini, dolar indeks telah melemah di bawah angka psikologis 100.00. Namun data ekonomi yang ditawarkan dari AS cenderung menunjukkan negara tersebut telah terhindar dari resesi. Sehingga dalam waktu dekat bahkan hingga akhir tahun, dolar berpeluang untuk menguat kembali sebagai mata uang cadangan. Selanjutnya Yen (JPY) yang terus menunjukkan pelemahan telah berbalik menguat karena aksi ambil untung pada awal bulan ini. Dengan sikap moneter yang sangat akomodatif, Yen diperkirakan masih akan cenderung melemah terhadap sebagian besar mata uang negara maju. Tetapi, pergeseran imbal hasil serta pelepasan posisi carry trade ke depan bisa membalikkan posisi Yen yang lemah menjadi kuat. Menurut Sutopo, pasangan mata uang seperti GBP/JPY, EUR/JPY, CAD/JPY, memasuki level teknis tahunan yang berpotensi untuk berbalik arah pada semester kedua 2023. Pengamat Mata Uang Lukman Leong mengatakan, aksi bank sentral barat yang masih terus agresif menaikkan suku bunga akan menimbulkan perlambatan ekonomi global. Pada akhirnya, kondisi melambatnya ekonomi akan menciptakan sentimen risk off dan investor akan beralih
flight to safety ke aset lindung nilai (
safe haven) seperti USD, CHF, JPY dan emas. USD sebenarnya cukup atraktif untuk saat ini, namun sentimen yang meliputi masih tidak pasti. Sebagian pelaku pasar mengatakan apabila dolar AS masih akan melemah, beberapa mengatakan downside sudah terbatas, walaupun analis pada umumnya belum mencapai kesepakatan terkait nasib dolar AS ke depannya.
Baca Juga: The Fed Diproyeksi Kembali Kerek Suku Bunga Acuan di Akhir Bulan Ini Sementara, CHF didukung oleh aliran dana asing (
capital inflow) yang kuat dan konsisten, serta suku bunga yang relatif tinggi untuk
safe haven di luar USD, tertinggi sejak 2008. Pasangan mata uang USD/CHF diperkirakan akan berpotensi mencapai level harga 0.8200 di akhir tahun. JPY yang agak spekulatif akan didukung oleh intervensi Bank of Japan (BoJ) dan harapan pengetatan yang tidak bisa dihindari dengan proyeksi harga USD/JPY sekitar 128-130 di akhir tahun. Sedangkan, emas tetap didukung oleh permintaan oleh bank-bank sentral yang diproyeksikan harganya sebesar US$ 2.050 per troi ons.
Lukman menilai, transaksi valas masih belum seumum saham. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan akan trading forex terutama fitur leverage yang sangat besar sering disalahgunakan. “Sehingga trader kecil secara tidak sadar melakukan transaksi yang jauh lebih besar dari kemampuan mereka,” imbuh Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (19/7). Lukman mencermati, pasangan mata uang yang umum ditransaksikan masih tetap major currency diantaranya EUR/USD, GBP/USD dan AUD/USD. Sedangkan, untuk komoditas adalah XAUUSD dan WTI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari