Dolar AS Melemah, Obligasi Bisa Jadi Pilihan Investasi Andalan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Di tengah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS), ada instrumen investasi yang menarik untuk dilirik. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai, instrumen obligasi menjadi yang paling diuntungkan dengan penguatan rupiah.

Nico menjelaskan, penguatan rupiah berefek baik bagi sektor riil hingga perbankan. Kondisi ini meringankan pembayaran bunga utang perusahaan sehingga akan menopang kinerja emiten yang bersangkutan.

Bagi investor obligasi, penguatan rupiah akan meningkatkan kinerja emiten penerbit obligasi korporasi. Lalu, bagi pemerintah, jika ingin menerbitkan obligasi global, maka akan terkena biaya bunga yang lebih rendah.


Baca Juga: Memilah Pencarian Pendanaan, Menarik Pinjaman Perbankan atau Obligasi?

"Secara historis, penguatan rupiah berkorelasi positif dengan penguatan harga obligasi," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/4).

Hingga akhir tahun 2023, Nico melihat prospek instrumen obligasi akan tetap positif. Hal ini didukung dengan prediksi suku bunga acuan The Fed yang akan mencapai puncaknya di semester 1-2023. 

Kondisi ini akan mendorong penurunan yield seri-seri obligasi dan berimplikasi pada kenaikan harga obligasi domestik.

Untuk memanfaatkan peluang tersebut, investor dapat berinvestasi di instrumen dengan underlying pendapatan tetap melalui pembelian obligasi langsung ataupun reksadana pendapatan tetap.

Baca Juga: Kinerja Membaik, Pefindo Kerek Rating dan Outlook Lautan Luas (LTLS)

Ia memprediksi, yield obligasi Indonesia 10 tahun akan berada di rentang 6,68%-6,73% pada akhir semester 1 2023 dan di kisaran 6,5%-6,6% pada pengujung tahun ini. Berdasarkan worldgovernmentbonds.com, yield obligasi Indonesia 10 tahun saat ini berada di 6,74%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli