Dolar AS mencapai level tertinggi sejak Mei 2017, harga emas turun tipis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menguat pada perdagangan kemarin, harga emas spot turun tipis pada hari ini. Selasa (3/9) pukul 7.54 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.525,16 per ons troi, turun 0,27% ketimbang harga penutupan kemarin.

Meski turun tipis, harga emas hari ini masih lebih tinggi daripada harga penutupan pekan lalu yang ada di US$ 1.520,38 per ons troi.

Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember 2019 di Commodity Exchange pagi ini menguat jika dibandingkan dengan harga penutupan pekan lalu. Sekadar informasi, kemarin bursa Amerika Serikat (AS) tutup Hari Buruh sehingga tidak perdagangan emas berjangka.


Baca Juga: Produksi OPEC naik, harga minyak turun lagi

Pagi ini, harga emas berjangka menguat 0,33% jika dibandingkan dengan harga Jumat lalu. Kenaikan harga emas cenderung tertahan karena kenaikan nilai tukar dolar AS.

"Secara umum, tidak ada hal yang menggerakkan emas kecuali penguatan dolar. Tidak banyak reaksi terhadap tarif impor AS-China karena sudah diantisipasi sebelumnya," kata Georgette Boele, analis ABN Amro kepada Reuters.

Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat dalam lima hari perdagangan terakhir.  Boele mengatakan, koreksi harga emas ini sudah diperkirakan. "Harga logam mulia ini sudah naik dengan cepat sehingga tidak perlu pemicu profit taking yang besar," kata dia.

Baca Juga: Pasar saham global dibayangi perang dagang dan krisis Argentina

Sepanjang bulan Agustus, harga emas naik lebih dari US$ 100 akibat perang dagang dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Harga emas juga disokong oleh utang dengan yield negatif di sebagian negara dan harapan pemangkasan suku bunga bank-bank sentral dunia.

Dalam catatan, JPMorgan mengungkapkan bahwa resesi belum dihitung dalam harga emas. "Sehingga kami melihat harga emas akan mencapai puncak pada US$ 1.780 per ons troi pada akhir 2020. Harga emas rata-rata akan mencapai US$ 1.418 tahun ini dan US$ 1.724 pada tahun depan," ungkap JPMorgan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati