KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek kinerja reksadana offshore berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) cukup menjanjikan. Reksadana dolar AS layak dipegang ketika dolar terus menguat terhadap sekeranjang mata uang. CEO Star Asset Management (Star AM) Hanif Mantiq melihat, reksadana offshore yang memiliki investasi pada efek luar negeri berkinerja cukup baik tahun ini. Apalagi reksadana dolar AS yang berinvestasi pada saham-saham syariah global. Pasar saat ini juga masih menantikan arus gelombang investasi dari pasar modal China seiring ambruknya perekonomian negara tersebut. Saat ini dana investasi dari China banyak mengalir ke negara asia Selatan, yang diharapkan lambat laun juga bisa masuk ke pasar Asia Tenggara.
“Reksadana offshore berkinerja cukup baik tahun ini,” kata Hanif dalam acara Media Day by Mirae Asset Sekuritas, Selasa (23/4). Di sepanjang tahun 2024 alias secara year to date (ytd), dolar AS telah menguat lebih dari 4,90% terhadap rupiah. Kurs rupiah pun masih terseok-seok di kisaran Rp 16.155 per dolar AS, pada penutupan Rabu (24/4).
Baca Juga: Performa Reksadana Indeks Terkoreksi di Sepanjang tahun 2024, Terdampak Koreksi Saham Namun demikian, Hanif berpendapat, penguatan dolar saat ini yang berdampak bagi kinerja reksadana offshore dolar AS mungkin tidak akan berkepanjangan. Sebab, rupiah diproyeksi bisa berbalik menguat apabila The Fed mulai memangkas suku bunga acuannya. Star AM masih meyakini rupiah tahun ini bisa menguat terhadap dolar. Meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga telah bergeser di bulan September dari sebelumnya Juni 2024, serta pemangkasan mungkin hanya dilakukan 1 kali. Langkah Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan cara mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps dinilai akan menjadi pendorong bagi apresiasi mata uang garuda. Dimana, selisih (spread) bunga BI dan The Fed kian dipersempit yang bisa berefek positif untuk rupiah kembali di bawah Rp16.000 per dolar AS. Di samping itu, Hanif menjelaskan bahwa kinerja reksadana dolar AS akan sangat bergantung pada
underlying asset produk reksadana tersebut. Misalnya penguatan saham teknologi dalam 2 tahun terakhir telah berdampak positif bagi kinerja offshore yang berinvestasi pada saham sektor tersebut. Star AM sendiri memiliki produk reksadana dolar andalan yang berfokus pada aset obligasi yaitu Star Orion Stable Dollar Bond dan Star Fixed Income Dolar. Kedua produk tersebut masing-masing menawarkan imbal hasil sekitar 1.07% secara year to date (ytd) dan 0.62% ytd. Sementara produk reksadana dolar AS berbasis saham kelolaan Star AM ialah Reksa Dana Syariah Star Global Sharia Equity USD. Kinerja produk ini sebesar 0,29% ytd yang diantaranya berinvestasi pada saham Alphabet, Nvidia, Amazon hingga Apple.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Paling Tertekan di Maret 2024, Simak Sentimen dan Proyeksinya Head of Fund Services Mirae Asset Francisca Gerungan menambahkan, fluktuasi nilai tukar bukanlah perhatian utama bagi investor reksadana dolar AS. Hal itu karena reksadana kelas aset ini lebih dipandang sebagai wadah investasi untuk mengamankan dana dalam dolar. Fransisca mencotohkan, bagi orang-orang yang ingin menyekolahkan anak di luar negeri, tentu reksadana dolar AS bakal menjadi pilihan. Namun berbeda dengan investor yang tidak memiliki tujuan investasi khusus dalam reksadana dolar, sehingga volatilitas nilai tukar terus diperhitungkan. “Sehingga, investasi reksadana dolar harus sesuai profil risiko dan tujuan finansial,” kata Fransisca dalam kesempatan yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat