KONTAN.CO.ID - TOKYO. Dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan kestabilannya pada perdagangan Senin (13/11), sementara para pedagang menanti data inflasi AS sebagai indikator potensial untuk menilai apakah Federal Reserve perlu melakukan langkah lebih lanjut dalam mengendalikan tekanan harga. Yen Jepang tetap rentan dan hampir menyentuh level terendah satu tahun terhadap dolar AS, dengan pasar tetap waspada terhadap kemungkinan intervensi dari pihak berwenang di Tokyo. Fokus utama para pedagang akan tertuju pada angka Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada hari Selasa setelah pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan ini yang telah mengurangi sikap hawkishnya. Meskipun Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyiratkan pekan lalu bahwa perjuangan melawan inflasi mungkin belum berakhir.
Baca Juga: Bagaimana Nasib Rupiah di Hadapan Dolar AS Perdagangan Senin (13/11)? Lebih lanjut, data penjualan ritel yang akan dirilis pada hari berikutnya diharapkan memberikan gambaran lebih rinci tentang keadaan permintaan dalam perekonomian AS, yang telah menunjukkan ketahanan menghadapi tingginya biaya pinjaman. Lenny Jin, Ahli Strategi Valas Global di HSBC, memperkirakan bahwa USD akan tetap kuat, dengan HSBC memproyeksikan bahwa CPI inti AS pada bulan Oktober akan stagnan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jin menambahkan bahwa sinyal disinflasi lebih lanjut mungkin baru muncul pada bulan Februari 2024. Meskipun Moody's baru-baru ini menurunkan prospek peringkat kredit AS menjadi "negatif" sesaat sebelum penutupan perdagangan valuta asing di New York pada hari Jumat, pasar tidak memberikan reaksi yang signifikan. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang, umumnya tidak berubah pada level 105,80.