KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar AS sedang menguat terhadap rupiah dan mata uang lainnya, seiring dengan ditahannya suku bunga AS dan inflasi global. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan bahwa hal ini berdampak pada pasar modal dan investasi reksadana. Untuk itu, Reza mengatakan reksadana yang patut dikoleksi oleh investor yaitu Reksadana Pendapatan Tetap dan Reksadana Saham. Menurut dia, hal itu lantaran ekonomi domestik masih terjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2024 serta diproyeksikan pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Dia menyebutkan, reksadana pasar uang memiliki proyeksi
return sekitar 4.5%-5% di tahun 2024. Adapun asumsi yang digunakan adalah suku bunga pasar uang rata-rata sekitar 4.75%-5.25% dan inflasi sekitar 3.5%-4%. Baca Juga: Ini Sejumlah Tekanan yang Masih Membayangi Rupiah pada Tahun 2024 “Reksadana saham paling dan pendapatan tetap paling cocok dikoleksi saat Dolar AS menguat karena kedua jenis reksadana tersebut bisa menghasilkan keuntungan yang menjanjikan,” ujar Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1). Dia menjelaskan, reksadana saham menghadirkan potensi imbal hasil yang tinggi, tetapi juga memiliki risiko yang tinggi, sehingga cocok untuk investor yang berani mengambil risiko dan memiliki jangka waktu investasi yang panjang. “Meski begitu, reksadana saham cukup menjanjikan karena memiliki proyeksi
return sekitar 8%-16% di tahun 2024,” ujarnya. Reza menyebutkan, beberapa faktor yang mendukung kinerja reksadana saham adalah peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Pemilu 2024, pemulihan ekonomi global, dan penurunan suku bunga acuan AS. Sementara untuk Reksadana Pendapatan Tetap, Reza menjelaskan bahwa jenis reksadana tersebut memiliki risiko yang lebih rendah daripada reksadana saham, tetapi juga memiliki potensi imbal hasil yang lebih rendah. Sehingga reksadana pendapatan tetap cocok untuk investor yang mencari pendapatan tetap dan nilai investasi yang stabil. “Reksadana pendapatan tetap memiliki proyeksi
return sekitar 6%-6.5% di tahun 2024,” sebutnya. Adapun beberapa faktor yang mendukung kinerja reksadana pendapatan tetap adalah permintaan yang tinggi dari investor asing, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, dan peningkatan rating utang Indonesia.
Baca Juga: Hati-Hati! Rupiah Masih Dibayangi Sejumlah Tekanan Di sisi lain, Reza menjelaskan strategi investasi reksadana di Kuartal I-2024 ini, yaitu, tetap lakukan diversifikasi aset, yaitu menyebar investasi ke berbagai jenis reksadana, untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi imbal hasil. Kemudian, memanfaatkan momentum pasar, yaitu memperhatikan perkembangan dan sentimen pasar, baik global maupun domestik, untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar dari investasi reksadana. “Tak hanya itu, investor juga bisa sesuaikan dengan profil risiko, yaitu memilih jenis reksadana yang sesuai dengan toleransi dan kapasitas risiko masing-masing investor, serta tidak tergoda oleh imbal hasil yang tidak realistis,” tandas Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .