Dolar AS Merosot Saat Ketua Fed Powell Bersiap Memberikan Kesaksian Hari Kedua



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro pada hari Rabu sebelum Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan memberikan kesaksian di depan Kongres untuk hari kedua. Kemarin, kesaksian Powell di hadapan Kongres menunjukkan bahwa bank sentral AS semakin dekat untuk memangkas suku bunga.

Powell mengakui adanya pelemahan pasar tenaga kerja dan membaiknya inflasi. Dia mencatat bahwa AS sekarang menghadapi risiko dua sisi dalam perekonomian.

Namun, dia juga mengatakan bahwa penurunan suku bunga tidak tepat sampai The Fed memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi menuju target 2%.


“Powell mengambil pendekatan yang relatif hati-hati,” kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar Corpay di Toronto kepada Reuters. “Tetapi terdapat cukup petunjuk dovish dalam narasinya untuk membantu meningkatkan selera risiko di pasar,” imbuh dia.

Schamotta mengatakan, gagasan bahwa pasar tenaga kerja tidak lagi menimbulkan tekanan inflasi yang dihadapi perekonomian AS dan bahwa The Fed berusaha untuk mengatasinya, membantu mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Prediksi ini juga membuat penurunan suku bunga di bulan September menjadi lebih jelas lebih terbuka.

Powell diperkirakan akan mengulangi komentarnya pada hari Rabu.

Baca Juga: El Salvador Lanjutkan Pembelian Bitcoin, Sinyal Aset Digital Jangka Panjang

Para pelaku pasar sekarang memperkirakan peluang 77% adanya penurunan suku bunga pada bulan September, naik dari 73% pada hari sebelumnya. Selain itu, para pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga kedua pada bulan Desember, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya termasuk euro dan yen, terakhir turun 0,05% pada 105,07.

Data inflasi harga konsumen untuk bulan Juni yang dirilis pada hari Kamis (11/7) adalah rilis utama data perekonomian AS berikutnya. Data inflasi dapat mempengaruhi kebijakan Fed. Inflasi konsumen diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi utama naik 0,1% pada bulan tersebut. Sementara inflasi inti naik 0,2%. Hal ini akan membuat kenaikan inflasi tahunan masing-masing sebesar 3,1% dan 3,4%.,

Nilai tukar euro naik 0,09% menjadi US$ 1,082 karena investor mencapai kesepakatan dengan parlemen yang menggantung di Prancis.

Hasil pemilu sela tidak terduga. Kelompok sayap kiri mendapat keuntungan dari lonjakan suara yang mengejutkan tetapi tidak ada kelompok yang memenangkan mayoritas absolut. Hasil pemilu Prancis ini telah menjerumuskan Prancis ke dalam ketidakpastian dan tidak ada jalan yang jelas menuju pemerintahan yang stabil.

Nilai tukar dolar menguat 0,11% menjadi 161,48 yen Jepang, semakin mendekati level tertinggi 38 tahun di 161,96 yang dicapai minggu lalu.

Banyak bank swasta Jepang yang bertemu dengan Bank of Japan (BOJ) pada hari Selasa menyerukan bank sentral untuk mengurangi separuh pembelian obligasi bulanannya hingga sekitar tahun 2026, menurut dua pejabat yang mengetahui langsung pertimbangan tersebut kepada Reuters.

Baca Juga: Penguatan Rupiah Masih Dibayangi Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Temuan ini akan dipertimbangkan ketika BOJ menyelesaikan rencana pengurangan QE pada pertemuan kebijakan pada tanggal 30-31 Juli.

Nilai tukar Sterling menguat 0,16% menjadi US$ 1,2804.

Sementara itu, dolar Selandia Baru turun setelah Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) membuka kemungkinan penurunan suku bunga jika inflasi melambat seperti yang diharapkan.

RBNZ, yang mempertahankan suku bunga stabil seperti yang diharapkan, menyatakan keyakinannya bahwa inflasi akan kembali ke kisaran targetnya tahun ini, sehingga memicu spekulasi pelonggaran kebijakan lebih awal. Pada pertemuan sebelumnya di bulan Mei, para pengambil kebijakan telah menandai potensi kenaikan suku bunga tambahan.

Mata uang Selandia Baru terakhir turun 0,73% versus greenback di US$ 0,6078.

Dalam mata uang kripto, bitcoin naik 0,46% menjadi US$ 58.180.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati