KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan bunga acuan di Amerika Serikat telah membuat dolar AS perkasa. Hal ini memberikan dampak positif bagi perbankan dalam menghimpun pendapatan berbasis komisi dari transaksi valuta asing. Bank Mandiri mencatatkan pendapatan berbasis komisi dari transaksi foreign exchange dan derivatif mencapai Rp 2,12 triliun di sembilan bulan pertama 2022. Nilai ini tumbuh 3% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,06 triliun. Ini tidak terlepas dari fokus bisnis Bank Mandiri yang menggarap segmen wholesale banking. Guna memberikan pelayanan transaksi, bank berlogo pita emas ini menyediakan layanan digital secara komprehensif melalui platform Kopra.
Baca Juga: DPK Valas Capai Rp 76 Triliun, Kredit Valas BCA Tumbuh 35,7% di September 2022 Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Timothy Utama menyatakan platform yang baru berumur 1 tahun ini telah membantu nasabah wholesale dalam melakukan transaksi perbankan. Kopra bank Mandiri berhasil mengelola pertumbuhan transaksi sebesar 27% secara tahunan menjadi Rp 13.420 triliun hingga kuartal III 2022. “Highlight dari kinerja Kopra terlihat dari nilai transaksi e-fx (e-foreign exchange) mengalami pertumbuhan 109% secara tahunan dari Rp 71 triliun menjadi Rp 149 triliun. Sedangkan nilai transaksi trade and bank guarantee naik 40% secara tahunan dari Rp 444 triliun menjadi Rp 624 triliun per September 2022,” ujar Timothy, Rabu (26/10). Ia menyatakan, Bank Mandiri baru saja merilis layanan Kopra versi mobile app guna mengoptimalkan layanan kepada nasabah. Seiring pertumbuhan jumlah pengguna Kopra yang meningkat dua kali lipat dalam satu tahun terakhir menjadi 68.000 pengguna. Tak mau kalah, Bank BNI juga mencatatkan pendapatan berbasis komisi dari foreign exchange, derivatif, dan reval valas mencapai Rp 1,17 triliun hingga September 2022. Nilai ini tumbuh 18,3% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 997 miliar. Guna menjaga likuiditas valas, BNI telah melakukan penyesuaian suku bunga simpanan valas dengan besaran 5 basis poin (bps) hingga 30 bps. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan bunga kredit valas juga telah disesuaikan berkisar 1% sampai 2%. “Ini efektif berlaku sejak 1 Oktober 2022. Penyesuaian suku bunga khususnya deposito valas ini memang dibutuhkan untuk memenuhi tingginya permintaan kredit valas,” ujar Novita. Di tengah era digitalisasi ini, BNI melakukan inovasi dengan meluncurkan produk BNI FX sebagai salah satu sarana transaksi valuta asing nasabah. Bahkan, peluncuran BNI FX ini turut meningkatkan pertumbuhan volume transaksi forex BNI yang pada akhirnya mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mencermati transaksi valuta asing ikut tumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional saat ini. Transaksi yang berhubungan dengan export import dan remittances menjadi transaksi paling banyak dilakukan nasabah terkait valas. "Ke depannya, BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," paparnya kepada Kontan.co.id pada Rabu (26/10).
Baca Juga: Likuiditas Valas Mengetat, Ini Cara Perbankan Cari Sumber Pendanaan BCA memiliki likuiditas valas yang memadai dengan pertumbuhan sebesar DPK valas 11,4% secara tahunan menjadi Rp 76 Triliun per September 2022. Merujuk laporan keuangan pada pos Arus Kas dan Aktivitas Operasi, BCA mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari transaksi valuta asing 116,3% secara tahunan dari Rp 1,35 triliun pada September 2021 menjadi Rp 2,92 triliun per September 2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi