Dolar AS Semakin Kuat, Kebijakan Moneter Bisa Makin Ketat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar AS menguat pada Senin (13/6) di tengah penurunan aset investasi lainnya. Data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Mei yang melebihi prediksi menyebabkan penurunan di berbagai investasi. Investor pun berburu aset aman alias safe haven, termasuk dolar AS.

Meski investor mengejar aset aman, emas kurang menjadi pilihan karena potensi kenaikan suku bunga menurunkan minat pada emas yang tidak memberikan imbal hasil (yield).

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (13/6) pukul 21.45 WIB, indeks dolar berada di 104,91, naik dari posisi akhir pekan lalu 104,15. Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia telah menguat dalam empat hari perdagangan berturut-turut.


Baca Juga: Rupiah Berpotensi Kembali Melemah pada Selasa (14/6)

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan penguatan dolar AS dipicu spekulasi pasar bahwa ketika inflasi terus naik di AS, The Fed mungkin bisa saja mengambil langkah yang lebih agresif pada kebijakan moneter selanjutnya.

"Saat ini tren dolar AS masih cenderung bullish, belum lagi rencana kenaikan suku bunga The Fed di bulan Juni-Agustus mendatang," ucap Andian. 

Dia mengatakan bila inflasi di AS dapat bertahan atau turun, mungkin kebijakan suku bunga The Fed akan lebih tidak agresif dan membantu dolar AS turun.

Menurut Andian saat ini indeks dolar AS masih sangat dipengaruhi kebijakan moneter dari bank-bank sentral global termasuk diantaranya ECB, BOE, dan SNB.  

Baca Juga: Wall Street Terperosok, Investor Mencermati Laju Kenaikan Suku Bunga Pekan Ini

"Level support indeks dolar masih pada kisaran 101 & 103. Sedangkan untuk naik diproyeksikan resistance pada 107, karena level saat ini adalah level tertinggi lebih dari 8 tahun terakhir," ujar Andian. 

Andian mengatakan posisi rupiah cukup terancam di tengah kenaikan indeks dolar dan kenaikan kasus covid domestik. Tekanan rupiah juga tertekan adanya kenaikan harga bahan pangan seperti minyak goreng yang akan menyebabkan kenaikan harga di hampir semua sektor. 

Andian menyarankan para investor untuk memperhatikan time horizon investasi. Investor bisa mengambil pilihan investasi jangka panjang seperti logam emas fisik ataupun investasi properti di tengah kenaikan indeks dolar. Sementara untuk jangka pendek dapat mengikuti investasi pasar berjangka seperti transaksi emas dan mata uang di pasar futures yang memungkinkan posisi dua arah agar lebih fleksibel.

Andian memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.750 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS saat nilai tukar dolar AS menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati