Dolar AS unggul, rupiah melemah dalam sepekan terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini dengan koreksi tipis. Tercatat, kurs rupiah spot ditutup di level Rp 14.232 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,08% dari penutupan sebelumnya. Jika dihitung dari posisi minggu lalu, rupiah mencatatkan pelemahan sebesar 0,09%.

Koreksi tipis rupanya juga terjadi di kurs referensi Jisdor. Mata uang Garuda ini ditutup melemah 0,04% ke Rp 14.237 per dolar AS. Sementara dalam sepekan terakhir, rupiah Jisdor justru menguat tipis 0,04%.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, dari sisi sentimen untuk rupiah memang variatif, sehingga membuat pergerakan rupiah cenderung flat selama sepekan. Dari dalam negeri sentimen sebetulnya cukup positif, yang ditandai dengan data neraca perdagangan RI yang kembali mengalami surplus US$ 5,74 miliar. Angka ini melebihi perkiraan pasar, di mana surplus diperkirakan 4,7%. 


Kemudian, data ekonomi lain seperti, current account atau transaksi berjalan di kuartal ketiga, juga mengalami surplus $4,5 miliar. Angka ini jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya, yang mengalami defisit US$ 2 miliar.

Baca Juga: IHSG menyentuh rekor baru, bisa melanjutkan kenaikan di pekan depan

“Tekanan rupiah datang dari eksternal, yakni dari kekhawatiran inflasi global dan meningkatnya jumlah covid-19 di Eropa. Hal ini telah mendorong investor lari ke safe haven yang pada akhirnya menguntungkan buat dolar AS,” tutur Alwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/11).

Sementara Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS akibat isu inflasi maupun penguatan yield US Treasury. Dari dalam negeri, selain data ekonomi yang solid, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan merupakan hal yang tepat karena bisa menopang stabilitas rupiah ke depannya.

“Jadi, dolar AS yang sempat menguat pada awal pekan, mulai sedikit terkoreksi jelang akhir pekan ini karena yield US Treasury juga melemah. Tapi, secara keseluruhan dolar AS unggul dalam pekan ini terhadap sebagian besar mata uang,” imbuhnya. 

Baca Juga: IHSG menguat 1,04% sepekan ke level tertinggi sepanjang masa

Jika untuk pekan depan, Sutopo melihat data yang mempengaruhi kemungkinan pada alat ukur inflasi PCE yang diandalkan The Fed dan Pertemuan FOMC mengenai suku bunga. Dengan ekonomi AS yang sejauh ini lebih baik, disinyalir akan membuat The Fed lebih cepat menaikkan suku bunga dibanding ekonomi maju lainnya. 

Senada, Alwi juga menyoroti sentimen untuk pekan depan kemungkinan lebih banyak dipengaruhi oleh eksternal. Kekhawatiran inflasi masih menjadi isu yang bisa memperberat sentimen buat rupiah. 

“Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed akan jadi sorotan pasar ketika The Fed merilis notulen rapat minggu depan dan data inflasi inti PCE (inflasi acuan the Fed). Fokus pasar lainnya adalah mencermati data PMI Global & PDB AS,” ujarnya.

Proyeksi Alwi, pada pekan depan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 14.120 per dolar AS-Rp 14.300 per dolar AS dengan kecenderungan melemah. Sedangkan hitungan Sutopo ada di kisaran RP 14.200 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Jisdor melemah tipis ke Rp 14.237 per dolar AS pada Jumat (19/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati