Dolar Kian Keok Terhadap Euro



TOKYO. Dolar kembali melemah terhadap euro dan yen. Bahkan pelemahannya terhadap euro merupakan yang terendah dalam delapan minggu terakhir. Keoknya dolar ini lebih dipicu oleh adanya spekulasi rencana Pemerintahan Bush untuk menyelamatkan industri otomotif AS sehingga akan membuat cadangan dana di negara tersebut untuk melindungi sistem finansial semakin tergerus.

“Tidak ada hambatan berarti untuk pelemahan lebih dalam nilai dolar terhadap yen. Adanya pengalokasian dana pemerintah yang tadinya ditujukan untuk sektor finansial kepada industri mobil berarti hanya ada sedikit dana yang beredar,” kata Hideki Amikura, deputy general manager Nomura Trust and Banking Co.

Yang mengkhawatirkan, pergerakan si hijau semakin mendekati level terendah dalam 13 tahun terakhir terhadap yen dan euro.


Pada pukul 11.26 waktu Tokyo, nilai dolar semakin melemah menjadi US$ 1,3447 per euro dari sebelumnya US$ 1,3369 pada 12 Desember lalu. Sementara terhadap posisi yen, dolar melemah menjadi 90,88 yen dari sebelumnya 91,21. Sebelumnya, pada 12 Desember lalu, nilai yen sempat menyentuh posisi 88,53 pada 12 Desember lalu, yang merupakan level terendah sejak Agustus 1995 silam. Hari ini, Amikura memprediksi, dolar masih akan terus mengalami pelemahan hingga mencapai posisi 90 yen.

Sekadar tambahan saja, kepada reporter Bush mengatakan bahwa dia belum siap untuk mengumumkan keputusannya mengenai industri mobil. Padahal, Pemerintahannya pada 12 Desember lalu bilang, pihaknya akan mempertimbangkan akan menggunakan dana talangan bailout perbankan senilai US$ 700 miliar untuk mendanai industri otomotif. Sebab, kebangkrutan salah satu perusahaan mobil ini akan semakin memperburuk kondisi perekonomian yang sudah masuk ke dalam jurang resesi.

Adanya rencana ini membuat ini sejumlah perusahaan seperti Citigroup Inc, Goldman Sachs Group Inc, BNP Paribas SA dan Bank of America memprediksi adanya pelemahan lebih besar terhadap dolar. Berdasarkan nilai tengah 47 ekonom yang disurvei Bloomberg, minggu lalu merupakan kali pertama dalam sebulan adanya konsensus bersama yang menyatakan pelemahan dolar terhadap euro pada 2009.

Editor: Didi Rhoseno Ardi