Dolar Menguat, Yen Melemah Untuk Hari Pertama di Bulan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yen Jepang stabil pada hari Selasa dan dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sebagian besar mata uang. Pergerakan yang paling mencolok dalam beberapa hari terakhir agak berbalik dan sedikit ketenangan kembali ke pasar.

Dolar AS terakhir berada pada ¥ 144,75 per dolar AS, menguat 0,6% pada hari Selasa (6/8). Ini adalah hari pertama dolar diperdagangkan menguat terhadap yen pada bulan Agustus. Tetapi dolar masih melemah sekitar ¥ 9 dalam seminggu terakhir.

Penilaian ulang juga terjadi di seluruh pasar saham. Indeks acuan Nikkei Jepang naik 10% pada hari Selasa (6/8) setelah jatuh 12% pada hari sebelumnya. Sementara saham-saham di Eropa juga mencoba untuk pulih.


"Pandangan kami adalah bahwa pasar menjadi sedikit terburu-buru dan mereka baru menyadarinya pagi ini, dan itulah sebabnya kami melihat dolar menguat dan USD/JPY menguat kembali," kata Nick Rees, analis mata uang di Monex Europe kepada Reuters.

Penguatan yen baru-baru ini didorong oleh peningkatan volatilitas yang menyebabkan investor keluar dari carry trade yang dulu populer. Yen turut diperkuat oleh Bank of Japan (BOJ) yang menaikkan suku bunga pada hari Jumat pekan lalu.

Hal itu dikombinasikan dengan data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan. Selain itu, laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi besar memicu aksi jual pasar saham global, yang selanjutnya memperkuat pelepasan carry trade.

Baca Juga: Penguatan Hanya Sesaat, Rupiah Lebih Bergantung pada Nasib Perekonomian China

Nilai tukar Franc Swiss melemah pada hari Selasa dan dolar naik 0,25% pada 0,8541 franc per dolar AS.

Seperti yen, franc adalah mata uang pendanaan yang disukai untuk carry trade. Franc telah menguat tajam sejak pertengahan Juli, dengan kenaikan yang diperkuat oleh arus safe haven pada hari Senin.

Dolar juga mendapatkan kembali kekuatannya terhadap euro dan pound. EUR/USD melemah 0,4% pada US$ 1,09108 per euro, setelah mencapai level tertinggi tujuh bulan di US$ 1,1009 selama kekacauan hari Senin.

"Dolar tidak bertindak sebagai mata uang safe haven pada hari Senin, dan Anda tidak dapat memasukkan semuanya ke dalam franc atau yen, dan mata uang berikutnya dalam daftar itu biasanya adalah euro," kata Rees.

Sterling turun 0,66% pada US$ 1,269 per poundsterling, terendah dalam lima minggu. Pemangkasan suku bunga Bank of England minggu lalu melemahkan salah satu pilar kekuatannya di awal tahun.

Yang juga mendukung pergerakan pasar mata uang adalah upaya para pedagang untuk memperkirakan kebijakan Federal Reserve AS dalam pertemuan mendatang.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat Pada Selasa (6/8), Simak Proyeksinya untuk Rabu (7/8)

Para trader sekarang mengharapkan pelonggaran sebesar 110 basis poin (bps) tahun ini dari Fed. Para pelaku pasar memperkirakan sekitar 70% peluang pemangkasan sebesar 50 bps pada bulan September. Para pedagang telah sepenuhnya memperkirakan pemangkasan sebesar 50 bps pada hari Senin.

Para pembuat kebijakan bank sentral AS menolak anggapan bahwa data pekerjaan bulan Juli yang lebih lemah dari yang diharapkan berarti ekonomi sedang dalam resesi. Tetapi, para pejabat The Fed tetapi juga memperingatkan bahwa Fed perlu memangkas suku bunga untuk menghindari resesi.

Dolar Australia terakhir turun 0,25% pada US$ 0,6479, setelah sebelumnya naik setelah komentar dari Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Michele Bullock menyatakan pemotongan suku bunga masih jauh.

Bank sentral Australia mempertahankan suku bunga tetap pada hari Selasa seperti yang diharapkan. RBA menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan mengeluarkan keputusan apa pun untuk mengendalikan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati