Dolar Stabil Jelang Risalah The Fed Selasa (30/12), Yuan China Tembus 7 per Dolar AS



KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak relatif stabil pada Selasa (30/12/2025) menjelang rilis risalah (minutes) rapat Federal Reserve (The Fed) bulan Desember.

Di sisi lain, yuan China justru menguat dan menembus level psikologis penting terhadap dolar AS.

Likuiditas pasar cenderung menipis seiring libur akhir tahun, sementara pelaku pasar memperkirakan dolar masih berada di bawah tekanan.


Baca Juga: Ilmuwan Ungkap, 2025 Masuk Tiga Besar Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Sepanjang 2025, dolar AS tercatat menuju kinerja terburuk sejak 2017 dengan pelemahan hampir 10%.

Sejumlah analis menilai risalah rapat The Fed, yang pada Desember lalu memangkas suku bunga, berpotensi memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan lanjutan.

Saat ini, pasar telah memperhitungkan peluang dua kali pemangkasan suku bunga tambahan pada 2026.

Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, tercatat turun 9,6% secara tahunan, menjadi penurunan terdalam dalam delapan tahun terakhir.

Baca Juga: Ronaldo Buka Peluang Kembali ke Eropa, Targetkan 1.000 Gol Sebelum Pensiun

Pelemahan ini dipicu ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, menyempitnya selisih suku bunga dengan negara lain, serta kekhawatiran terhadap defisit fiskal dan ketidakpastian politik di AS.

Pada perdagangan terakhir, indeks dolar berada di level 98,03, tidak jauh dari titik terendah tiga bulan.

Mata uang euro diperdagangkan di kisaran US$1,1767 dan berpeluang mencatat penguatan hampir 14% sepanjang tahun.

Sementara pound sterling berada di level US$1,3508 dan diproyeksikan menguat sekitar 8% sepanjang 2025.

Strategis MUFG memperkirakan indeks dolar masih berpotensi turun sekitar 5% pada tahun depan, dengan arah kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS menjadi faktor utama.

Baca Juga: Meta Akuisisi Startup AI Manus Senilai US$3 Miliar

Namun, sebagian analis menilai ruang penurunan dolar semakin terbatas seiring stabilisasi pergerakan dalam beberapa bulan terakhir.

“Kami melihat dolar akan bergerak dalam rentang terbatas terhadap mata uang utama,” ujar Chief Market Strategist Zurich Insurance Group, Guy Miller.

Sementara itu, yuan China mencatat penguatan signifikan dengan menembus level psikologis 7 per dolar AS untuk pertama kalinya dalam sekitar 2,5 tahun.

Yuan onshore sempat menguat ke level 6,9951 per dolar AS, menjadi posisi terkuat sejak Mei 2023.

Penguatan ini terjadi di tengah aksi eksportir yang ramai menjual dolar menjelang akhir tahun, meskipun bank sentral China sebelumnya memberikan panduan nilai tukar yang lebih lemah.

Baca Juga: China Kunci Industri Chip dengan Aturan 50% Lokal

Sejak awal April, yuan telah menguat sekitar 5% dan berpeluang mengakhiri tren pelemahan yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut.

Di sisi lain, yen Jepang diperdagangkan di level 155,96 per dolar AS, menjauh dari level yang sebelumnya memicu peringatan verbal dari otoritas Jepang terkait potensi intervensi.

Bank of Japan (BoJ) masih membuka peluang kenaikan suku bunga lanjutan, bahkan setelah menaikkan suku bunga pada Desember lalu, seiring fokus pada tekanan inflasi.

Pemerintah Jepang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1% pada tahun fiskal yang berakhir Maret mendatang, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya 0,7%.

Pertumbuhan diperkirakan meningkat menjadi 1,3% pada tahun fiskal berikutnya, ditopang konsumsi domestik dan belanja modal yang solid meskipun permintaan global melemah.

Selanjutnya: Hukuman Kerja Sosial Segera Berlaku, Seperti Apa Bentuk Vonisnya?

Menarik Dibaca: 5 Jenis Pajak yang Bisa Dibayar Online, Praktis untuk Kamu yang Malas Antri