SINGAPORE. Harga minyak mentah dunia naik untuk yang kedua kalinya dalam dua hari ini, membebek pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara terbesar yang mengkonsumsi energi. Hal ini mendorong optimisme bahwa perekonomian global akan menyurung permintaan terhadap bahan bakar. Kali ini yang kedua kalinya minyak naik dalam 5 minggu terakhir setelah The Fed memotong suku bunganya kemarin Rabu (29/10) menjadi 1%. China dan Taiwan melangsingkan suku bunganya sementara Jepang kemungkinan akan memangkas suku bunga patokannya besok, dan European Central Bank bakal melakukan hal yang sama minggu depan. "The Fed memangkas suku bunganya, dan itulah surungan lain bagi perekonomian," kata Toby Hassall, analis Commodity Warrants Australia di Sydney. Menurutnya, perampingan suku bunga di China juga memberikan sedikit rangsangan bagi perekonomian. Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember naik sebanyak US$ 2,30 atau 3,4% menjadi US$ 69,80 per barel. Minyak ini diperdagangkan sebesar US$ 69, 58 pada pukul 11.43 waktu Singapore di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Kemarin, minyak mengangkasa US$ 4,77, atau 7,6% dan bertahan di US$ 67,50 per barel. Ini adalah lompatan paling besar sejak 22 September 2008 lalu, mengantarkan minyak pada kenaikan sebesar 115 pada dua hari terakhir ini. Harga minyak, yang sudah terjerembab 53% sejak menyentuh harga tertingginya pada US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu; atau setara dengan penurunan 23% sejak tahun lalu. Harga minyak mumbul seiring dengan tersungkurnya dolar AS kemarin, yang jatuh ke titik terendah terhadap euro dalam seminggu ini. Dolar jatuh menjadi US$ 1, 3183 per euro dan diperdagangkan US$ 1,3170 pada pukul 11.16 di Tokyo. "Dengan melemahnya dolar, ini memberikan dorongan untuk memulihkan minyak dunia," tegas Hassall.
Dolar Tersungkur, Bunga Terpangkas, Minyak Melambung
SINGAPORE. Harga minyak mentah dunia naik untuk yang kedua kalinya dalam dua hari ini, membebek pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara terbesar yang mengkonsumsi energi. Hal ini mendorong optimisme bahwa perekonomian global akan menyurung permintaan terhadap bahan bakar. Kali ini yang kedua kalinya minyak naik dalam 5 minggu terakhir setelah The Fed memotong suku bunganya kemarin Rabu (29/10) menjadi 1%. China dan Taiwan melangsingkan suku bunganya sementara Jepang kemungkinan akan memangkas suku bunga patokannya besok, dan European Central Bank bakal melakukan hal yang sama minggu depan. "The Fed memangkas suku bunganya, dan itulah surungan lain bagi perekonomian," kata Toby Hassall, analis Commodity Warrants Australia di Sydney. Menurutnya, perampingan suku bunga di China juga memberikan sedikit rangsangan bagi perekonomian. Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember naik sebanyak US$ 2,30 atau 3,4% menjadi US$ 69,80 per barel. Minyak ini diperdagangkan sebesar US$ 69, 58 pada pukul 11.43 waktu Singapore di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Kemarin, minyak mengangkasa US$ 4,77, atau 7,6% dan bertahan di US$ 67,50 per barel. Ini adalah lompatan paling besar sejak 22 September 2008 lalu, mengantarkan minyak pada kenaikan sebesar 115 pada dua hari terakhir ini. Harga minyak, yang sudah terjerembab 53% sejak menyentuh harga tertingginya pada US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu; atau setara dengan penurunan 23% sejak tahun lalu. Harga minyak mumbul seiring dengan tersungkurnya dolar AS kemarin, yang jatuh ke titik terendah terhadap euro dalam seminggu ini. Dolar jatuh menjadi US$ 1, 3183 per euro dan diperdagangkan US$ 1,3170 pada pukul 11.16 di Tokyo. "Dengan melemahnya dolar, ini memberikan dorongan untuk memulihkan minyak dunia," tegas Hassall.