Dollar ambruk, nikel bertenaga



JAKARTA. Harga nikel kembali bertenaga setelah Gubernur The Fed Janet Yellen meredam spekulasi kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Pernyataan dovish Yellen mengerem pergerakan dollar AS, sehingga memberi sentimen positif pada nikel yang diperdagangkan dengan USD. 

Mengutip Bloomberg Rabu (30/3), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 0,5% jadi US$ 8.495 per metrik ton. Namun, dalam sepekan terakhir, nikel tergerus 2,3%.  Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menyebutkan, pernyataan Yellen menjadi sentimen yang mengangkat harga jangka pendek. 

Secara fundamental, semua komoditas, termasuk nikel, kelebihan pasokan. Selama permintaan melambat, kenaikan harga hanya berharap pada komentar politis dan data ekonomi China, Eropa dan AS sebagai konsumen nikel terbesar. 


Kamis malam (31/3), AS akan merilis data tenaga kerja, yakni ADP Non-Farm Employment Change Maret yang diprediksi turun menjadi 195.000 dari 214.000.  "Jika angka tenaga kerja di atas 200.000, harga bisa jatuh, tapi jika data jelek, nikel menguat," ujar Ibrahim. 

Kemudian di akhir pekan, data manufaktur China menjadi sentimen penggerak jangka pendek. Menjelang akhir semester I-2016, Ibrahim menduga harga nikel mencapai US$ 9.000 per metrik ton. 

Kenaikan didorong stimulus ekonomi, terutama di Eropa dan China. Tapi, nikel dapat kembali melemah hingga US$ 6.500 per metrik ton pada akhir tahun 2016.  Lemahnya permintaan masih membayangi harga. Pemerintah China memasang target pertumbuhan ekonomi tahun ini 6,5%-7%. 

Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China tahun ini 6,3%, lebih buruk dari tahun lalu 6,9%. 

Pada semester kedua, Fed kemungkinan juga akan menaikkan suku bunga sehingga menekan nikel. "Outlook nikel positif jika China dapat mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 7%," imbuh Ibrahim. 

Secara teknikal Ibrahim menyatakan, indikator bollinger band dan moving average (MA) berada 30% di atas bollinger bawah. Sementara indikator stochastic, relative strength index (RSI), dan moving average convergence divergence (MACD) 60% positif. 

Proyeksi Ibrahim, harga nikel berpeluang menguat pada Kamis (31/3) di US$ 8.490 - US$ 8.550 per metrik ton. Sementara sepekan di US$ 8.390 - US$ 8.610 per metrik ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie