Dollar AS kian perkasa



JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) bergerak perkasa terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Krisis politik di Suriah meningkatkan permintaan pasar terhadap dollar AS sebagai aset safe haven.

Di pasar spot sampai dengan sesi perdagangan Kamis (29/8) pukul 17.43 WIB, pasangan EUR/USD melemah 0,70% menjadi 1,3247, pasangan USD/JPY menguat 0,55% menjadi 98,18 dan pasangan AUD/USD melemah 0,12% menjadi 0,8930 dibanding hari sebelumnya.

AS berniat campur tangan dengan menempuh aksi militer di Suriah, menuduh pemerintahan al-Ashad telah menggunakan senjata kimia untuk membantai rakyat Suriah.


Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, memanasnya kondisi geopolitik di kawasan Suriah telah menimbulkan ketidakpastian dan gejolak pasar. Kondisi tersebut memicu pasar untuk berbondong-bondong mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, termasuk greenback.

Selain itu, penguatan dollar AS juga disokong oleh pergerakan teknikal dollar AS pasca pelemahan yang dialami oleh greenback pada beberapa hari belakangan ini. Nizar memperkirakan, penguatan dollar AS kemungkinan besar akan bertahan beberapa hari lagi.

Penguatan terjadi karena dollar AS masih mempunyai dua pendorong kuat. Pertama, panasnya kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Kedua, spekulasi pasar bahwa Federal Reserve akan benar-benar mengurangi program stimulus moneter September nanti.

Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures mengatakan, lemahnya fundamental ekonomi Australia mendorong pelemahan aussie terhadap dollar AS. Memang, dollar Australia sempat menguat setelah rilis data belanja modal perusahaan di Australia yang naik 4% pada kuartal II tahun ini. Tapi, data ini hanya mampu menopang pergerakan dollar Australia sesaat saja. "Jangka panjang aussie masih melemah," katanya.

Dari sisi Eropa, Tony Mariano, analis Harvest International Futures menambahkan, penguatan dollar AS atas euro dipicu oleh buruknya rilis data pengangguran Jerman, negara dengan tingkat ekonomi terbesar di Eropa dan aksi tunggu pasar terhadap rilis data PDB AS yang diperkirakan membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati