Dollar AS masih babak belur



JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) alias greenback melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Spekulasi pasar bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve, akan mengurungkan niat untuk mengurangi stimulus tahun ini karena data ekonomi yang masih buruk, memberatkan langkah dollar AS.

Di pasar spot, Kamis (24/10) pukul 18.04 WIB, pasangan mata uang EUR/USD menguat 0,20% menjadi 1,3803, pasangan AUD/USD melemah tipis 0,05% menjadi 0,9618, dan pasangan USD/JPY melemah 0,05% menjadi 97,33 dibanding hari sebelumnya.

Pergerakan dollar AS, beberapa hari belakangan ini, cenderung lunglai. Indeks dollar AS yang merupakan rata-rata nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia, kemarin, mencapai angka 79,16 yang merupakan angka terendah sejak 2 Februari 2013.


Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, tingkat penciptaan lapangan kerja sepanjang September hanya mencapai 148.000, lebih rendah dari harapan. Janu Chan, analis St Georger Bank Ltd Sydney kepada Bloomberg mengatakan, buruknya data ketenagakerjaan AS meredakan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan percepatan pengurangan stimulus AS. "Ini membuat dollar AS babak belur," katanya.

Daru Wibisono, analis Monex Investindo Futures menambahkan, tekanan kuat dollar AS juga datang dari rilis indeks manufaktur China yang Oktober ini mencapai 50,9. Rilis data tersebut telah membangkitkan optimisme pasar di Australia sehingga membuat aussie perkasa.

Penguatan pasangan AUD/USD juga dipicu oleh pernyataan salah satu pejabat Reserve Bank of Australia (RBA) bahwa kinerja ekonomi Australia sedang membaik. "Faktor dari China dan Australia tersebut cukup memberikan tekanan hebat bagi dollar AS," kata Daru.

Alwi Assegaf, analis SoeGee Futures menyatakan, pelemahan dollar AS atas euro pada sesi perdagangan kemarin, terdorong oleh indeks manufaktur PMI Jerman, salah satu negara dengan tingkat perekonomian terbesar di Eropa. Jerman mencatat PMI 52,6 pada bulan Oktober.

Walau indeks ini turun dibanding September yang mencapai 53,2, angka ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur Jerman masih tumbuh. Sentimen positif ini menopang penguatan euro.

Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures mengatakan, dollar AS tertekan terhadap yen akibat peningkatan aksi beli pasar terhadap yen sebagai mata uang aman alias safe haven currency.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati