Dollar AS Melemah, Pergerakan Mata Uang Utama masih Terbatas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi seiring meningkatnya ekspetasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed ternyata belum mampu menjadi katalis positif bagi sejumlah mata uang utama. Prospek mata uang utama masih dinilai bergerak terbatas.

Berdasarkan Trading Economics pada Senin (19/8) pukul 18.42, pairing EURUSD berada di 1,103, naik 0,05% dari hari kemarin dan naik 0,06% dalam seminggu. GBPUSD tercatat naik 0,02% ke 1,294 dalam sehari dan naik 0,05% dari pekan lalu. 

Begitupun AUDUSD naik 0,34% ke level 0,669 dan naik 0,37% dalam sepekan, kemudian NZDUSD naik 0,28% dalam sehari ke level 0,607 dan naik 0,39% dalam seminggu. Sementara USDJPY terkoreksi 0,95% ke 146.18 dalam sehari, pun turun 0,99% dalam sepekan. 


Pengamat mata uang dan komoditas, Lukman Leong mengatakan penguatan mata uang utama terhadap dolar AS sudah terbatas. Hal ini karena dolar AS berpotensi rebound setelah The Fed pada September nanti akan memangkas suku bunga sebesar 25-50bps. Selain itu kekhawatiran resesi AS perlahan mereda menuju hilang. 

Baca Juga: Fokus ke Jackson Hole, Dolar AS Turun Terhadap Yen, Euro Terus Naik

"Apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi dan suku bunga sekarang, AS masih tertinggi walau masih lebih rendah dari Australia, begitupula dengan tingkat suku bunga," kata Lukman kepada KONTAN, Senin (19/8). 

Di sisi lain dollar Australia (AUD)  berpotensi tertekan oleh prospek ekonomi di China yang masih mengecewakan serta harga komoditas yang lemah. 

Meski begitu ia merekomendasikan Franc Swiss (CHF) karena sudah mencapai tingkat suku bunga dan inflasi yang ideal sehingga prospek pemangkasan suku bunga tidak terlalu besar angkanya. CHF juga didukung oleh ketidakpastian geopolitik dan perang seperti halnya dolar AS. 

Mata uang lain yang direkomendasikan adalah yen Jepang (JPY) karena sudah menguat cukup tajam dan masih berpotensi menguat hingga akhir tahun. Lukman memproyeksikan CHF akan berada di 0.8300 sedangkan JPY di 130-135.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan EURUSD akan stabil di kisaran 1:10 karena pemilihan umum Perancis telah mereda dan ECB mempertahankan suku bunga kebijakan stabil di bulan Juli.

Selain itu, pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya, serta pemulihan pertumbuhan ekonomi Euro Zone di tahun 2025 mendatang berpotensi mendukung penguatan EURUSD.

Sementara untuk GBPUSD, Josua menilai Mata uang ini akan menguat kedepannya karena Partai Buruh telah memenangkan pemilu dan kemenangan tersebut berpotensi memberikan dampak positif yang dapat berkontribusi pada penguatan mata uang itu dalam jangka panjang. 

"Secara khusus, pelaku pasar akan mencermati rencana anggaran dan rincian yang lebih konkrit tentang rencana Partai Buruh untuk Inggris," kata Josua kepada KONTAN, Senin (19/8). 

Baca Juga: Dolar AS Melemah Tajam, Ini Mata Uang yang Layak Dipantau

Ditambah lagi Bank of England (BOE) yang memangkas suku bunganya pada awal Agustus 2024 semakin memulihkan pertumbuhan ekonomi Inggris. 

Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut hingga 2 tahun mendatang sementara pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan cenderung melambat. Dengan demikian perbedaan pertumbuhan ekonomi berpotensi mendukung GBP. Josua sendiri memperkirakan GBPUSD akan stabil dikisaran 1.2750 hingga akhir tahun.

Begitupun Yen Jepang diprediksi mengalami penguatan terhadap dollar AS. Hal ini mempertimbangkan Bank of Japan (BoJ) yang berpotensi untuk menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan dalam 2 tahun mendatang, pun tingkat inflasi Jepang berada dikisaran 2%. 

Josua menerangkan BOJ kemungkinan masih akan bertahap dalam siklus kenaikan suku bunga. Sementara pelonggaran the Fed dalam beberapa bulan mendatang akan membatasi kenaikan USDJPY dan memberikan lebih banyak dukungan untuk JPY. Ia memperkirakan USDJPY akan berada di level 140.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih