JAKARTA. Pelambatan ekonomi di kuartal I-2015 turut menggerus kinerja emiten media. Dari tiga grup besar media, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK), PT Global Mediacom Tbk (
BMTR) dan PT Visi Media Asia Tbk (
VIVA), hanya
VIVA yang mampu mencetak pertumbuhan pendapatan
double digit.
EMTK hanya mampu membukukan kenaikan pendapatan 2,1% year on year (yoy) pada kuartal I-2015. Meski demikian, laba bersih
EMTK berhasil tumbuh hingga 400,2% menjadi Rp 553,4 miliar karena ada laba kurs senilai Rp 264 miliar.
EMTK juga tertolong laba penjualan investasi sebesar Rp 123,8 miliar. Kinerja anak usaha
EMTK, PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA) masih lesu. Lirik saja, pendapatan
SCMA yang turun 0,8% yoy menjadi Rp 945,7 miliar. Sementara laba bersih hanya naik 1,9% menjadi Rp 324,6 miliar.
Kinerja Grup MNC juga tersungkur. Grup media MNC melalui
BMTR memang mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 9,2% yoy menjadi Rp 2,6 triliun. Namun, laba bersih merosot hingga 70,29% menjadi Rp 90,4 miliar pada Kuartal-I 2015. Ini lagi-lagi efek dari nilai tukar dollar AS.
BMTR menderita rugi selisih kurs serta kenaikan beban umum yang tinggi. Anak usaha
BMTR, yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (
MNCN) dan PT MNC Sky Vision Tbk (
MSKY) juga melambat. Pendapatan
MNCN hanya naik 1,2% yoy pada kuartal-I 2015 menjadi Rp 1,5 triliun. Sementara laba bersih merosot hingga 26,7% menjadi Rp 285,16 miliar. Emiten televisi berbayar
MSKY malah membukukan rugi bersih hingga Rp 130,01 miliar. Padahal pada kuartal I tahun lalu, pemilik televisi berbayar merek Indovision ini masih mencetak laba Rp 135,7 miliar. Semester II membaik Namun, emiten media milik grup Bakrie terlihat tumbuh cukup stabil. Pendapatan
VIVA tumbuh 34% yoy dan anak usahanya PT Intermedia Capital Tbk (
MDIA) mencetak pertumbuhan pendapatan 55% dan laba 63%. Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, mengatakan, pertumbuhan emiten media masih cukup stabil tahun ini. Dia memproyeksikan, belanja iklan bakal membesar pada semester II. Paling tidak, emiten media diprediksi bisa tumbuh 10% pada tahun ini. Perlambatan kinerja pada kuartal I tahun ini karena belum banyak emiten yang merealisasikan belanja iklan dan cenderung menahan ekspansi lantaran perlambatan ekonomi Indonesia. "Seharusnya pertumbuhan masih bisa sama dengan tahun lalu," ujar Reza. Namun, yang menjadi fokus investor adalah kue iklan kini semakin tersebar. Jika sebelumnya MNC Grup yang banyak menguasai kue iklan, namun, kini munculnya banyak media membuat persaingan di industri ini pun makin ketat. MNC misalnya, masih harus melakukan berbagai inovasi untuk merebut kembali pangsa pasar pemirsa.
William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, belum banyak momentum di kuartal I. Biasanya, pendapatan iklan akan tumbuh pada momentum Idul Fitri dan libur Lebaran. "Di situ media akan meraih pendapatan dari iklan yang lebih besar," imbuh William. Tapi memang, pertumbuhan pendapatan iklan emiten media pada tahun ini tak akan sekencang tahun lalu. Maklum, pada 2014 emiten media menuai berkah dari belanja Pemilu dan juga momentum Piala Dunia. Sehingga kinerja emiten media terlihat lebih mentereng. Bagi William, ketiga grup media masih memiliki fundamental baik. Dia merekomendasikan saham
MNCN dan
MDIA dengan target harga masing-masing Rp 2.700 dan Rp 4.200 per saham. Sementara Reza merekomendasikan saham
SCMA dan
VIVA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa