KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah dinilai masih akan bergerak liar dan sulit menguat signifikan dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini mengingat dollar Amerika Serikat yang terus mengalami tren penguatan di tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyampaikan, selama The Federal Reserves bertahan dengan keputusannya menaikan suku bunga acuan AS sebanyak dua kali di sisa tahun ini, selama itu pula rupiah sulit untuk bangkit. Ditambah lagi, The Fed juga berencana menaikan suku bunganya tiga kali di tahun 2019. Rupiah juga masih harus menghadapi sentimen perang dagang antara AS dan China yang kemungkinan besar membuat nilai mata uang negara-negara emerging market tergerus.
Tak hanya itu, agenda Pilpres juga menjadi sentimen tersendiri bagi rupiah. Sentimen tersebut dinilai sudah bisa mempengaruhi arah rupiah pada kuartal III-2018, terutama ketika calon-calon presiden baru Indonesia diumumkan. “Biasanya jelang Pilpres, rupiah kerap melemah karena respons pasar terhadap siapa calon pemimpin baru,” ujar Faisyal. Ia menilai, saat ini rupiah sebenarnya tidak dalam pencarian titik keseimbangan baru mengingat banyaknya sentimen negatif yang menghantam mata uang garuda. “Pergerakan rupiah masih sangat liar dan sulit kembali ke level Rp 13.000,” katanya.