Dollar AS sedang merosot



JAKARTA. Kurs dollar AS tertekan terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Meski data ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik, tapi investor tak yakin, Bank Sentral AS pada pertemuan pekan ini, akan memangkas stimulus melalui pengurangan program pembelian obligasi. Sentimen ini yang membuat dollar AS tertekan.

Hingga Jumat (26/7), pasangan EUR/USD menguat 0,02% menjadi 1,3279 dibandingkan sehari sebelumnya. Pasangan AUD/USD menguat 0,14% menjadi 0,9259. Sedangkan, pairing USD/JPY melemah 1,09% menjadi 98,21.

Indeks dollar pun turun ke angka 81,66 pada akhir pekan lalu. Indeks dollar mencerminkan pergerakan dollar AS terhadap 10 mata uang utama dunia. Indeks dollar mencetak angka tertinggi di level 84,58 pada 9 Juli lalu. Ini adalah level tertinggi sejak Juli 2010.


Sentimen positif dari peningkatan sentimen konsumen di AS bulan Juli yang mencapai level tertinggi selama enam tahun terakhir, menjadi 85,1 dari 84,1 pada Juni, belum mampu mengangkat dollar AS dari pelemahan.

Berdasarkan survei Bloomberg, pasar berspekulasi bahwa The Fed belum akan mengetok palu pemangkasan program pembelian obligasi pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 30 Juli-31 Juli nanti. Menurut proyeksi survei, The Fed akan memulai pengurangan pembelian obligasi sebesar US$ 20 juta pada September.

Pasar memprediksi, tingkat pengangguran AS bulan Juli akan turun ke 7,5% dibanding bulan Juni 7,6%. The Fed akan menaikkan suku bunga acuan bila tingkat pengangguran turun ke angka 6,5%.

Tonny Mariano, analis Harvest International Futures bilang, para investor yang masih berspekulasi atas pernyataan The Fed pada pertemuan minggu ini mendorong euro menguat pada pasangan EUR/USD.

Selain itu, meningkatnya data klaim pengangguran AS membantu mengangkat euro dan melemahkan dollar AS. Namun, dollar AS masih cenderung menguat. "Bagaimana pun keputusannya, pasar tetap yakin The Fed akan mengurangi stimulusnya pada September," ujar Tonny.

Alwi Assegaf, analis SoeGee Futures mengatakan, yen menguat terhadap dollar AS dipicu kenaikan indeks harga konsumen Jepang pada Juli, yang menjadi fondasi peningkatan inflasi di Jepang.

Sekadar mengingatkan, Jepang mencoba mendorong inflasi. "Dengan kenaikan inflasi, Bank Sentral Jepang akan tetap mempertahankan stimulusnya, dan tak membuat kebijakan baru. Ini akan menguatkan JPY," jelas Alwi.

Pasangan AUD/USD menguat akibat pelemahan greenback. Dari sisi dollar Australia, belum ada sentimen dalam negeri yang menunjang. Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pasangan AUD/USD masih bergerak datar. Namun, dalam jangka panjang, aussie masih akan melemah, karena potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral yang diumumkan bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati