KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang dollar Australia dalam pasangan AUD/USD bergerak
bearish di tengah pelemahan dollar Amerika Serikat (AS). Kamis (13/6) pukul 17.00 WIB pasangan mata uang AUD/USD melemah 0,31% di level 0,6906 dari sehari sebelumnya yang ada di 0,6928. Sementara, indeks dollar AS dalam pasar spot pukul 16.41 WIB melemah tipis 0,05% di level 96,94. Analis PT Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengamati pasangan AUD/USD tersandung oleh sentimen kurang berkesannya data tingkat inflasi China serta posisi perdagangan global sedang memburu aset
safe-haven. Di sisi lain kemarin malam waktu setempat, Australian Bureau of Statistics juga melaporkan data pertumbuhan pekerja baru Australia. Rilis tersebut melaporkan jumlah pekerja di Australia bulan Mei bertambah 42.300 orang. Angka ini di atas ekspektasi sebanyak 16.000, tapi masih di bawah hasil periode April di level 43.100 orang. Hanya saja, kenaikan pekerjaan baru yang terlihat cukup besar itu sebagian besar disumbangkan oleh sektor pekerjaan paruh waktu atau part-time employment yang bertambah dari 34.700 orang menjadi 39.800 orang di bulan Mei. Sementara itu, kategori pekerjaan
full time hanya bertambah sebanyak 2.400 orang sedikit membaik daripada bulan April yang turun 6.300 orang. Selanjutnya, Badan Statistik Australia itu juga melaporkan pengangguran di Australia per bulan Mei berada di level 5,2%. Angka ini masih di bawah ekspektasi sebesar 5,1%, tapi masih sama dengan pencapaian periode sebelumnya di level 5,2%. Sakti menganggap tingkat pengangguran yang negatif juga lemahnya penyerapan tenaga kerja di sektor
full time employment semakin menegaskan pandangan pasar bahwa kondisi perekonomian Australia tengah memburuk. Hal ini meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA) di bulan-bulan mendatang. Perlu diketahui, ekonomi Australia dan proyeksi RBA selama ini memang menggantungkan harapan pada pasar tenaga kerja.
Chief Economist Australia and New Zealand JP Morgan Saaly Auld meramal RBA akan menurunkan suku bunganya pada bulan Agustus atau November mendatang, seiring ekonomi Australia yang makin menunjukkan pelemahan. Asal tahu saja, saat ini suku bunga acuan RBA berada di level 1,5% dan bertahan sejak penurunan sebesar 25 basis poin pada Agustus 2016. Di samping itu, kondisi dollar AS kembali bergerak lemah tanpa arahan di tengah lemahnya perdagangan aset risiko meskipun posisi imbal hasil obligasi sedang menguat. Sakti menuturkan tekanan fundamental yang kuat menekan dollar AS yaitu kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed dan kekhawatiran perdagangan global yang terus-menerus. Kekuatan dollar AS juga tertekan oleh kehati-hatian seputar sengketa perdagangan AS-China yang mulai berkembang akhir-akhir ini di tengah-tengah desas-desus yang menyebutkan kemungkinan pertemuan lain antara Presiden Trump dan rekannya dari China, Xi Jinping, pada pertemuan G20 berikutnya di Jepang akhir bulan ini. Namun, potensi AUD/USD untuk tumbuh masih ada jika dollar AS terus melemah, terhadap beberapa rival utama
major currency. “Ini memberikan sentimen positif bagi pergerakan dollar Australia pada perdagangan berikutnya,” kata Sakti, Kamis (13/6).
Secara teknikal, Sakti mengamati AUD/USD dalam indikator
moving average exponential (EMA) melebar dengan arah kurs turun. Kemudian pada
vortex indicator (VI) dengan kondisi
Red over blue yang mengecil dimana arah kurs turun. Selanjutnya pada indikator
true strengh indicator (TSI) berada di area 7 yang menunjukkan kurs berpotensi turun. “Secara umum AUD/USD masih berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya,” tutur Sakti. Makanya, Sakti merekomendasikan
trading untuk pasangan AUD/USD adalah
sell selama harga di bawah 0,6904. Dengan prediksi pada perdagangan selanjutnya pasangan mata uang ini bakal berkutat di level
support antara 0,6911, 0,6896, dan 0,6855. Sementara level
resistance antara 0,6952, 0,6978, dan 0,7019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi