Dollar Canada diuntungkan pelemahan Dollar AS



JAKARTA. Dollar Kanada (CAD) menanjak, Tren itu seiring dengan kecenderungan pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap valuta utama. Penyebabnya, pasar berspekulasi tentang peluncuran stimulus terbaru di Negeri Paman Sam.

Valuta ini juga menguat terhadap dollar AS karena kenaikan harga minyak mentah dan bursa saham. “Banyak pelaku pasar berpendapat quantitative easing ronde ketiga berpotensi mendilusi greenback. Dollar Kanada mendapat keuntungan dari ekspektasi tersebut,” tutur Strategist Maqcuarie Capital Market, David Doyle, seperti dikutip Bloomberg.

Pasangan USD/CAD melemah 0,03% menjadi 1,0174, Rabu (20/6) pukul 18.00 WIB. Pairing ini sempat menyentuh level 1,0167. Ini merupakan merupakan level terkuat CAD sejak 22 Mei 2012.


Research Analyst BNI, Apressyanti Senthaury, mengatakan, sejatinya, tidak ada sentimen khusus yang mempergaruhi pergerakan nilai CAD di negara tersebut. “Secara fundamental, pergerakan dollar Kanada masih bagus. Kondisi pasar yang tidak menentu membuat para pelaku pasar melakukan diversifikasi aset,” kata dia.

Pergerakan dollar Kanada masih lebih baik daripada euro. Secara fundamental, kondisi euro belum membaik akibat situasi di Yunani yang belum membaik dan bantuan dari G-20 yang belum mencukupi. Hal tersebut juga didukung oleh ketidaksetujuan Kanselir Jerman, Angela Merkel mengani persyaratan bantuan untuk Yunani.

Sementara, dibanding Yen Jepang, tidak ada sentimen dari negara masing-masing yang mempengaruhi pergerakan. Head of Tranding Commonwelath Bank, Veni Kriswandi, menilai, keputusan dari FOMC akan menyebabkan dolar AS cenderung bergerak bearish.

Tapi secara umum, valuta utama masih bergerak volatil setelah pemilihan umum (pemilu) parlemen Yunani empat hari lalu (17/6). CAD sempat melemah terhadap dollar AS hingga 8,16%, dua hari setelah Partai New Democracy, memenangkan pemilu Yunani. Ini posisi CAD terlemah sejak 14 Mei 2012.

Doyle mengatakan, dengan sentimen yang ada, ke depannya dollar Kanada akan relatif menguat terhadap USD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini