JAKARTA. Industri televisi (TV) berbayar menghadapi tantangan pelik tahun ini. Tantangan tersebut datang dari siaran TV gratis alias free to air (FTA) serta laju dollar AS yang terus menguat. Menurut Direktur Utama Aora TV Guntur Siboro, pemain TV berbayar harus menyiapkan strategi sejak dini supaya tidak merugi. Salah satunya menyiapkan konten yang bisa menyaingi program TV gratis. "Sebab, TV berbayar dan FTA sama-sama menjual konten," katanya kepada KONTAN, Rabu (4/2). Selain itu, konten di TV gratis rata-rata beban operasionalnya memakai rupiah karena biasanya diproduksi sendiri. Beda dengan konten TV berbayar yang kebanyakan membeli dari pihak asing. "Ada tiga cost (pengeluaran) terbesar yang memakai dollar di TV berbayar. Yakni konten, transponder, dan dekoder. Hal ini akan semakin memberatkan karena pendapatan bukan dollar," paparnya.
Dollar jadi momok utama TV berbayar
JAKARTA. Industri televisi (TV) berbayar menghadapi tantangan pelik tahun ini. Tantangan tersebut datang dari siaran TV gratis alias free to air (FTA) serta laju dollar AS yang terus menguat. Menurut Direktur Utama Aora TV Guntur Siboro, pemain TV berbayar harus menyiapkan strategi sejak dini supaya tidak merugi. Salah satunya menyiapkan konten yang bisa menyaingi program TV gratis. "Sebab, TV berbayar dan FTA sama-sama menjual konten," katanya kepada KONTAN, Rabu (4/2). Selain itu, konten di TV gratis rata-rata beban operasionalnya memakai rupiah karena biasanya diproduksi sendiri. Beda dengan konten TV berbayar yang kebanyakan membeli dari pihak asing. "Ada tiga cost (pengeluaran) terbesar yang memakai dollar di TV berbayar. Yakni konten, transponder, dan dekoder. Hal ini akan semakin memberatkan karena pendapatan bukan dollar," paparnya.