Dollar keok, harga gas alam melesat



JAKARTA. Harga gas alam kembali melaju setelah terkoreksi pada Rabu (12/7). Mengutip Bloomberg, Kamis (13/7) pukul 12.48 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Agustus 2017 di New York Mercantile Exchange naik 0,83% ke level US$ 3,010 per mmbtu dibanding harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga menanjak sebesar 4,22%.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memaparkan, terdapat beberapa sentimen positif yang memengaruhi penguatan harga gas alam. Menurutnya, pidato Ketua The Fed Janet Yellen yang menunda kenaikkan suku bunga hingga inflasi Amerika mendekati 2% menjadi salah satu faktor utama penekanĀ  dollar AS.

Ditambah dengan konflik internal Amerika terkait dengan skandal surel yang melibatkan Presiden AS Donald Trump dengan Rusia turut memanaskan kondisi politik. Hal ini tentu mengakibatkan hampir semua harga komoditas yang diperdagangkan dalam dollar AS menguat, termasuk gas alam.


Kendati demikian, Ibrahim tak menampik bahwa nantinya akan muncul sentimen negatif. Akan tetapi, dirinya belum bisa memprediksi. "Saya belum bisa melihat minggu depan sentimen negatifnya seperti apa, namun untuk gas alam kemungkinan besar sampai bulan Desember masih akan menguat hingga level US$ 3.350," jelasnya.

Ibrahim optimistis, karena bulan November hingga Januari merupakan musim dingin ekstrem, sehingga permintaan akan gas alam akan terus ada. Ia pun menggarisbawahi, bahwa pasokan gas alam aman dan tidak akan terganggu oleh kondisi politik," ramalnya.

Namun, pernyataan Menteri Perminyakan India Dharmendra Pradhan tentang reformasi pasar gas di India yang membuka jalur pedagangan khusus dapat meningkatkan pasokan gas alam, "ini akan berdampak oversupply sehingga bisa membuat harga gas alam turun," lanjut Ibrahim.

Ibrahim meramalkan harga gas alam, Jumat, akan tetap menguat di kisaran US$ 3.000-US$ 3.050 per metrik ton. Sedangkan, untuk sepekan, harga berada di rentang US$ 2.980-US$ 3.120 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini