Dollar kuat, produsen baja AS melempem



WASHINGTON. Penguatan nilai tukar tak selamanya berdampak positif. Hal ini tampak pada industri baja Amerika Serikat (AS). Tingginya nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain malah menyebabkan biaya produksi baja lebih besar ketimbang baja produksi negara lain. Alhasil, para pembeli baja lebih memilih baja bikinan luar AS.

Pengalihan bahan baku ini menyebabkan produsen baja AS kehilangan pasar. Menurut data American Iron and Steel Institute, impor baja yang dipakai di AS melonjak 33% pada dua bulan pertama tahun ini. Padahal, dua bulan pertama tahun lalu pertumbuhan impor baja masih 28%. Di sisi lain, kapasitas terpakai pengolahan baja di AS merosot ke 69%. Ini adalah level terendah sejak 2009.

"Impor telah mengambil alih pertumbuhan industri dalam negeri," kata Curt Woodworth, Analis Nomura Holdings New York kepada Bloomberg. Kapasitas terpakai pabrik baja masih berada di level 80% pada Agustus 2014. Penurunan kapasitas terpakai menjadi 69% merupakan sinyal paling kuat terhadap dampak kenaikan impor.


"Industri baja dan para pekerja tertekan impor yang mencapai rekor secara historis," kata Tom Gibson, Presiden dan CEO American Iron and Steel Institute.

Para produsen baja, seperti Nucor Corp yang merupakan produsen terbesar di AS, AK Steel Holding dan Steel Dynamics Inc, merilis pemberitahuan bahwa laba mereka bakal menurun. Pada medio Maret lalu, Nucor bilang laba kuartal I-2015 akan turun 71% dibandingkan prediksi awal.

"Penurunan disebabkan tingginya level impor di pasar domestik," kata manajemen Nucor. Sedangkan US Steel Corp mengatakan bahwa perusahaan baja ini akan menghentikan sementara operasional pabrik di Illinois lantaran impor dan perbedaan harga yang sangat jauh.

"Kondisi pasar global yang menantang makin mempengaruhi perusahaan kami," kata Courtney Boone, Jurubicara US Steel. Untuk membahas masalah tersebut, para eksekutif produsen baja akan bertemu dengan parlemen AS, Kamis depan (2/4). Agendanya adalah mendesak parlemen menurunkan batasan impor pada rapat dengar pendapat Congressional Steel Caucus.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie