Dollar melambung pasca wacana reformasi pajak AS



KONTAN.CO.ID - Pasca komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai reformasi pajak, kurs mata uang dolar mengalami rebound cukup besar terhadap mata uang acuan dunia.

Mengutip perdagangan Bloomberg pada Minggu (3/9), spot pasangan EUR/USD berada di 1,1860 dollar per euro alias merosot 0,42% dari penutupan sebelumnya di 1.1910 dollar per euro.

"Ada wacana dari Washington reformasi pajak yang selama ini dinanti pasar kembali mencuat, terutama saat Trump mulai mengkampanyekan program reformasi pajak," jelas Alwi Assegaf, Analis PT Global Kapital Investama Berjangka pada KONTAN.


Mengutip berita Reuters, Trump menjanjikan akan melakukan reformasi pajak dengan rencana menurunkan pajak korporasi menjadi 15% dari 35%. Tak hanya itu, ia juga menjanjikan mengurangi pajak untuk kelas menengah untuk menggenjot aktivitas bisnis AS.

Nampaknya janji ini menjadi sentimen pendorong besar bagi performa greenback yang sempat menyentuh level tertinggi di 1.1979 euro per dollar pada Senin (28/8) pekan lalu sejak Januari 2015.

"Sebelumnya, Dewan ekonomi AS Gary Cohn sudah mengungkit reformasi pajak, kalau ini benar diangkat oleh Trump bisa jadi sentimen positif dollar," jelas Alwi.

Rebound dollar ini terhitung mengejutkan, pasalnya rilis sejumlah data ketenagakerjaan dari Amerika Serikat tidak terlalu bagus. Seperti yang terlihat dari tingkat pengangguran yang naik ke 4,7% dari estimasi 4,3%, ketenagakerjaan sektor non pertanian merosot ke 156.000 dari prediksi 180.000 dan catatan periode sebelumnya di 189.000. Tak lupa, rilis laporan gaji rata-rata AS juga mengalami penurunan ke 0,1% dari prediksi 0,2%.

Yang menjadi penyelamat dari data ketenagakerjaan yang mengecewakan ini adalah rilis pada dua hari sebelumnya, yakni klaim pengangguran yang turun ke 236.000 dari prediksi 237.000 serta data Core PCE Price Index yang stagnan di 0,1%.

Tak lupa rilis terbaru data ISM Manufacturing PMI AS juga memberikan sinyal belanja positif dengan peningkatan ke 58,8% dari prediksi 56,6% dan realisasi periode sebelumnya di bulan Juli sebesar 56,3%.

Sedangkan dari sisi kawasan Uni Eropa, posisi euro yang jauh di atas telah berulang kali digunakan pelaku pasar untuk mengambil untung. Alwi melihat jelang rapat ECB mengenai agenda pelonggaran kebijakan moneter akan mengundang aksi profit taking lebih besar.

Namun Alwi yakin posisi Euro yang sudah terlampau tinggi dibanding greenback tetap akan kuat.

"Kalaupun ada profit taking, tetap tidak akan merubah tren penguatan euro terhadap dollar," jelas Alwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie