Dollar memudar, harga emas makin berkilap



JAKARTA. Harga emas bertahan di atas level US 1.200. Mengendurnya pamor dollar Amerika Serikat (AS) menguntungkan logam mulia. Namun, waspada, kenaikan diperkirakan hanya sementara.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/5) pukul 18.15 WIB, emas kontrak pengiriman bulan Juni 2015 di Commodity Exchange naik tipis 0,06% menjadi US$ 1.218,9 per ons troi. Sepanjang pekan ini, harganya sudah menanjak 2,52%.

Analis SoeGee Futures, Alwi Assegaf menilai, pamor emas menguat seiring pelemahan dollar AS. Mata uang Negeri Paman Sam terkoreksi karena data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan.


Penjualan ritel di AS bulan April 2015 stagnan alias tidak tumbuh. Data ini memburuk karena bulan sebelumnya masih tumbuh 1,1%. Akibatnya, indeks dollar spot turun 0,13% ke level 93,49 pada Kamis (14/5) sore. "Data yang memburuk menekan dollar AS, sehingga pelaku pasar beralih memegang emas," papar Alwy.

Apalagi, emas sedang diburu sebagai alternatif investasi di saat situasi tidak aman alias sebagai safe haven. Analis Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah bilang, ini terjadi karena ketidakpastian penyelesaian utang Yunani. Meski Yunani sudah membayar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF), namun Negeri Para Dewa ini masih punya kewajiban yang harus dibayarkan kepada kreditur pada Juni nanti.

Kekhawatiran Yunani bakal gagal bayar utang juga memicu melambungnya imbal hasil (yield) obligasi Zona Euro. Alhasil, investor lebih memburu obligasi euro dibandingkan US Treasury, sehingga turut menekan dollar AS. Maka Vidi memperkirakan, harga emas masih berpeluang naik hingga akhir pekan ini.

Jangka panjang lemah

Meski demikian, Alwi mengingatkan, kenaikan harga emas hanya jangka pendek. "Sebab, pasar akan kembali dibayangi faktor jangka panjang, yaitu ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Ffd fund rate)," ujarnya.

Menurutnya, meskipun The Fed menunda kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, namun rencana itu tetap akan dilaksanakan pada tahun ini. Apalagi, jika data-data ekonomi AS bisa menunjukkan hasil positif dalam beberapa waktu ke depan. Akibatnya pamor emas bisa kembali meredup.

Vidi sependapat. Ia menduga, jangka panjang, pergerakan harga emas masih rentan terkoreksi. Selain terseret penguatan dollar AS, harga emas juga akan terpengaruh faktor fundamental permintaan, terutama dari Tiongkok.

Apabila perekonomian China tak kunjung pulih, logam mulia sulit naik signifikan. Secara teknikal, lanjut Alwy, jangka pendek pergerakan harga emas masih relatif bullish. Ini tercermin dari harga yang bergerak di atas moving average (MA) 10 dan 55.

Indikator stochastic telah membentuk golden cross yang membuka peluang kenaikan. Relative strength index (RSI) dan moving average convergence divergence (MACD) juga bergerak ke area positif. Artinya, masih terbuka peluang kenaikan harga emas.

Prediksi Alwy, hingga sepekan mendatang, emas bergerak di kisaran US$ 1.204 sampai US$ 1.224 per troi ons. "Namun, hari ini, pergerakan relatif sempit antara US$ 1.204-US$ 1.219 per troi ons," ujarnya. Vidi menebak, sepekan, harga si kuning bisa menuju resistance US$ 1.224- US$ 1.234, dengan support di US$ 1.170 hingga US$ 1.192 per troi ons. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa