JAKARTA. Mayoritas mata uang Asia keok, akibat penguatan dollar AS. Tiga diantaranya yang melemah tajam, yaitu dollar Singapura (SGD), dan won (KRW), dan rupiah (IDR).Dalam lima hari terakhir, won sudah terkoreksi 0,58%, SGD melemah 0,79%, dan rupiah minus 0,69%. Bahkan, sejak awal tahun (year to date), won dan SGD berada di posisi lima yang paling terpuruk melawan dollar, yaitu masing-masing jeblok 1,45% dan 1,28%. Hingga kemarin (21/1), pasangan USD/KRW naik 0,15% ke posisi 1.065,27. Pairing USD/SGD juga naik 0,23% ke level 1,2794. Pasangan USD/IDR naik 0,17% menjadi 12.134.Sejumlah momentum disinyalir akan kian menguatkan dollar AS. Terutama, ekspektasi The Fed yang bakal meneruskan pengurangan stimulus (tapering) pada pertemuan petinggi The Fed yang diselenggarakan 28 - 29 Januari nanti. “Kami melihat ekonomi AS terus meningkat secara bertahap,” kata Stan Shamu, ahli strategi pasar IG Ltd, seperti dikutip Bloomberg. Artinya, pergerakan dollar AS akan makin kuat versus mata uang dunia, termasuk di Asia. Analis Millennium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono menilai, dollar kian perkasa, karena tingkat pengangguran AS bulan lalu turun menjadi 7,6%, dari sebelumnya 7,8%.Namun, kata Suluh, tekanan terhadap won bisa berkurang, jika Bank Sentral Korsel mengerek suku bunga acuan menjadi 6,28%. "Jika itu terjadi, bisa jadi katalis penahan koreksi won. Meskipun, ini hanya katalis yang sementara ,” paparnya.Analis Harvest International Futures, Tony Mariano bilang, SGD tidak punya kekuatan melawan dollar AS, karena kurang katalis positif dari dalam negeri. Akibatnya, kekuatan dollar AS mendominasi.Sementara, analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian melihat, rupiah cenderung loyo, karena defisit neraca perdagangan Indonesia yang tidak kunjung membaik, dan laju inflasi masih tinggi. "Namun, pasar menanti hasil pemilu. Jika, tidak banyak kontroversi, bisa mengangkat rupiah,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dollar perkasa, mata uang Asia keok
JAKARTA. Mayoritas mata uang Asia keok, akibat penguatan dollar AS. Tiga diantaranya yang melemah tajam, yaitu dollar Singapura (SGD), dan won (KRW), dan rupiah (IDR).Dalam lima hari terakhir, won sudah terkoreksi 0,58%, SGD melemah 0,79%, dan rupiah minus 0,69%. Bahkan, sejak awal tahun (year to date), won dan SGD berada di posisi lima yang paling terpuruk melawan dollar, yaitu masing-masing jeblok 1,45% dan 1,28%. Hingga kemarin (21/1), pasangan USD/KRW naik 0,15% ke posisi 1.065,27. Pairing USD/SGD juga naik 0,23% ke level 1,2794. Pasangan USD/IDR naik 0,17% menjadi 12.134.Sejumlah momentum disinyalir akan kian menguatkan dollar AS. Terutama, ekspektasi The Fed yang bakal meneruskan pengurangan stimulus (tapering) pada pertemuan petinggi The Fed yang diselenggarakan 28 - 29 Januari nanti. “Kami melihat ekonomi AS terus meningkat secara bertahap,” kata Stan Shamu, ahli strategi pasar IG Ltd, seperti dikutip Bloomberg. Artinya, pergerakan dollar AS akan makin kuat versus mata uang dunia, termasuk di Asia. Analis Millennium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono menilai, dollar kian perkasa, karena tingkat pengangguran AS bulan lalu turun menjadi 7,6%, dari sebelumnya 7,8%.Namun, kata Suluh, tekanan terhadap won bisa berkurang, jika Bank Sentral Korsel mengerek suku bunga acuan menjadi 6,28%. "Jika itu terjadi, bisa jadi katalis penahan koreksi won. Meskipun, ini hanya katalis yang sementara ,” paparnya.Analis Harvest International Futures, Tony Mariano bilang, SGD tidak punya kekuatan melawan dollar AS, karena kurang katalis positif dari dalam negeri. Akibatnya, kekuatan dollar AS mendominasi.Sementara, analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian melihat, rupiah cenderung loyo, karena defisit neraca perdagangan Indonesia yang tidak kunjung membaik, dan laju inflasi masih tinggi. "Namun, pasar menanti hasil pemilu. Jika, tidak banyak kontroversi, bisa mengangkat rupiah,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News