JAKARTA. Tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat justru menguntungkan bagi perusahaan minyak sawit yang fokus pada ekspor. Misalnya, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang mengaku mendapat keuntungan, mengingat pendapatan perusahaan ini dalam dollar AS. Vice President Finance SMAR Dicky Bayu Atmadja mengklaim, sejatinya dengan menguatnya dollar AS menguntungkan. "Karena pendapatan kami dalam dollar dan sebagian besar produk kami diekspor," ujarnya di Jakarta, Senin (4/6). Lebih lanjut, Dicky menyebut, penjualan SMAR hanya 17% yang dialokasikan untuk lokal, sementara 83% lainnya untuk pasar global. Selama ini, ekspor SMAR ke China, India dan Uni Eropa. Nah, dengan krisis ekonomi yang saat ini terjadi, Dicky pun melihat ini tidak akan berpengaruh buruk bagi perusahaan. "Kalau krisis tidak mungkin akan menyetop pangan, mereka akan switch ke produk yang lebih murah," tambah Dicky.Menurutnya, CPO merupakan minyak nabati yang paling murah sehingga dapat menjadi pilihan bagi perubahan pola konsumsi masyarakat Eropa. Untuk itu, Dicky optimistis krisis yang terjadi di Eropa dapat menjadi peluang bagi perusahaannya. "Itu sangat menguntungkan, ada peluang meningkatnya permintaan terhadap produk-produk CPO," ungkapnya.
Dollar perkasa, SMAR justru diuntungkan
JAKARTA. Tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat justru menguntungkan bagi perusahaan minyak sawit yang fokus pada ekspor. Misalnya, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang mengaku mendapat keuntungan, mengingat pendapatan perusahaan ini dalam dollar AS. Vice President Finance SMAR Dicky Bayu Atmadja mengklaim, sejatinya dengan menguatnya dollar AS menguntungkan. "Karena pendapatan kami dalam dollar dan sebagian besar produk kami diekspor," ujarnya di Jakarta, Senin (4/6). Lebih lanjut, Dicky menyebut, penjualan SMAR hanya 17% yang dialokasikan untuk lokal, sementara 83% lainnya untuk pasar global. Selama ini, ekspor SMAR ke China, India dan Uni Eropa. Nah, dengan krisis ekonomi yang saat ini terjadi, Dicky pun melihat ini tidak akan berpengaruh buruk bagi perusahaan. "Kalau krisis tidak mungkin akan menyetop pangan, mereka akan switch ke produk yang lebih murah," tambah Dicky.Menurutnya, CPO merupakan minyak nabati yang paling murah sehingga dapat menjadi pilihan bagi perubahan pola konsumsi masyarakat Eropa. Untuk itu, Dicky optimistis krisis yang terjadi di Eropa dapat menjadi peluang bagi perusahaannya. "Itu sangat menguntungkan, ada peluang meningkatnya permintaan terhadap produk-produk CPO," ungkapnya.