Dollar tak bertenaga, harga emas ditutup melaju



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga emas dunia ditutup dengan kenaikan pada transaksi Jumat (14/9). Sayangnya, kenaikan tertahan oleh sentimen ekspektasi kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini.

Indeks dollar turun ke level terendah dalam 1,5 tahun pada Jumat (14/9). Data mengenai tingkat inflasi yang lebih rendah dan pullihnya emerging market menjadi penyebabnya.

Sebaliknya, berdasarkan data Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,4% menjadi US$ 1.206,01 per troy ounce setelah menyentuh posisi tertingginya sejak 28 Agustus lalu di level US$ 1.212,65 per troy ounce pada Kamis. Sepanjang pekan ini, harga emas sudah naik 0,9%, menuju kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir.


Kenaikan juga terjadi pada harga kontrak emas sebesar 0,3% menjadi US$ 1.211,70 per troy ounce.

"Kita melihat adanya sedikit pelemahan pada dollar yang menyokong pergerakan emas. Tapi kita belum keluar sepenuhnya dari tantangan yang ada," jelas Ole Hansen, head of commodity strategy Saxo Bank di Copenhagen.

Dia menambahkan, "Fakta bahwa kenaikan yang terjadi tidak terlalu kuat masih berkaitan dengan fokus emas terhadap renminbi China, yang tetap menjadi tantangan. Namun market tetap menanti rencana kenaikan suku bunga acuan AS ke depannya."

Sejumlah analis menilai, harga emas mulai menunjukkan korelasi yang dekat dengan mata uang China, yang notabene merupakan negara konsumen emas terbesar.

Investor memprediksi The Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 percentage point pada pertemuan bank sentral 25-26 September mendatang. Selain itu, besar kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada Desember.

Kenaikan suku bunga acuan akan membuat emas menjadi kurang menarik.

Adanya ketegangan perang dagang yang sudah berlangsung selama tiga bulan antara Washington dan Beijing sudah mendorong investor untuk membeli dollar AS karena mereka yakin AS tidak akan kalah dari pertikaian tersebut.

Meski demikian, permintaan terhadap dollar semakin turun pada pekan ini setelah tersiar kabar Gedung Putih telah mengundang petinggi China untuk memulai kembali perundingan tentang perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie