Dollar terserang profit taking, rupiah pun unggul



JAKARTA. Imbas data dalam negeri yang memuaskan pelaku pasar jadi pendukung utama penguatan rupiah di hadapan dollar Amerika Serikat (AS) yang tengah melemah terserang koreksi teknikal.

Di pasar spot, Rabu (4/1) valuasi rupiah menguat 0,27% ke level Rp 13.440 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan dengan posisi rupiah di kurs tengah Bank Indonesia yang terangkat tipis 0,05% di level Rp 13.478 per dollar AS.

Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menjelaskan imbas dari terjaganya level inflasi Indonesia sepanjang tahun 2016 lalu menyuntikkan tenaga bagi rupiah untuk unggul.


Memang pada Selasa (3/1) kemarin, Badan Pusat Statistik merilis inflasi Desember 2016 sebesar 0,42% sehingga sepanjang Januari – Desember 2016 level inflasi Indonesia terjaga di 3,02%.

“Fundamental yang kuat ini bersamaan dengan dollar AS yang terpapar koreksi teknikal karena pasar cenderung wait and see,” tutur Reny.

Hingga pukul 16.20 WIB indeks dollar koreksi 0,27% ke level 102,93 dibanding hari sebelumnya. Ada aksi profit taking yang dilakukan pelaku pasar sehingga membuat rupiah memiliki celah untuk manfaatkan keunggulan.

Koreksi USD ini murni teknikal sebab pelaku pasar masih menanti rilis risalah FOMC pada Kamis (5/1) dini hari dan data tenaga kerja akhir pekan nanti. Selain memang kemarin indeks dollar menyentuh level tertingginya dalam 14 tahun terakhir, sehingga ada upaya pelaku pasar untuk memanfaatkan kesempatan mengambil untung sementara.

“Dollar AS secara fundamental tetap kuat maka penguatan rupiah pun tergolong terbatas,” ujar Reny. Ini pula yang mengarahkan Reny pada dugaan mengenai kans rupiah untuk unggul tipis pada Kamis (5/1).

Meski rilis risalah FOMC akan diumumkan, namun hasilnya sudah diantisipasi pasar dengan proyeksi kenaikan suku bunga The Fed tiga kali tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto