Donald Trump akan Pidato di Konferensi BTC 2024, Bitcoin Kembali Menembus US$ 67.000



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga BItcoin (BTC) kembali bergerak bullish dan berada di level US$ 67.000, setelah sebelumnya turun hingga ke level US$ 64.000 pada Kamis (25/7). Rencana pidato Mantan Presiden Donald Trump di Konferensi Bitcoin 2024 di Nashville pada 25-27 Juli menjadi salah satu pendorongnya.

Berdasarkan CoinmarketCap, harga Bitcoin naik 4,35% ke level US$ 67.195 pada perdagangan Jumat (26/7) pukul 16.15 WIB. Kapitalisasi pasar kripto global juga meningkat 2,85% menjadi US$ 2.340 triliun.

Analisis Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan sentimen yang membuat harga bitcoin kembali menguat karena perusahaan penambang BTC yaitu, Marathon Digital membeli Bitcoin senilai US% 100 juta. Selain itu, kenaikan harga BTC juga didorong oleh Mantan Presiden Donald Trump yang akan melakukan pidato di Konferensi Bitcoin 2024.


"Rumornya dalam pidato tersebut Trump akan membahas Bitcoin sebagai aset cadangan strategis Amerika Serikat (AS)," kata Panji kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Baca Juga: Trump Jadi Presiden AS, Robert Kiyosaki Bilang Harga 3 Aset Ini bakal Melesat

Panji menyebutkan, sentimen lainnya datang dari transaksi ETF Bitcoin spot yang mencatat net inflow sebesar US$ 483,58 juta dalam periode perdagangan Senin (22/7) hingga Kamis (25/7). Sedangkan pada hari ini, Jumat (26/7),  pasar menunggu rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang mana diprediksi indeks harga PCE akan turun dari 2,6% secara year on year (YoY) pada Mei menjadi 2,4% YoY pada Juni, level terendah sejak Februari 2021.

"Sementara indeks harga PCE inti diprediksi akan turun menjadi 2,5% YoY, level terendah dalam tiga tahun terakhir," kata dia.

Menurut dia, pengumuman data PCE dapat mempengaruhi harga BTC. Apabila hasil dari rilis data PCE tersebut  sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi pasar, maka harga Bitcoin berpotensi menembus level resistance di US$ 69.000 dan bergerak menuju US$ 71.000.

"Sebaliknya, jika angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan, maka harga BTC mungkin turun kembali ke level support di US$ 64.000," imbuhnya.

Lebih lanjut, Panji mengatakan bahwa sejak 1 Juli 2024, BTC naik 6,73% dan berpotensi menutup bulan Juli dengan positif. Dia memproyeksi, dalam seminggu ke depan, harga Bitcoin berpotensi bergerak di kisaran US$ 64.000 - US$ 71.000.

Hal tersebut disebabkan oleh Federal Reserve yang diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan pada pertemuan Rabu (31/7), meskipun ada seruan untuk pemotongan suku bunga. Pertemuan tersebut dapat menjadi kesempatan untuk mengisyaratkan pemotongan di masa depan. Menurut CME FedWatch Tools, ada peluang hampir 90% untuk pemotongan fed funds rate sebesar 0,25% pada FOMC bulan September.

Baca Juga: Bitcoin (BTC) Akan Dipengaruhi Laju Inflasi AS Hingga Pidato Trump Terkait Kripto

Dia  menilai, pemotongan suku bunga dapat berdampak positif pada Bitcoin hingga akhir tahun, dengan prediksi harga mencapai US$ 90.000 - US$ 100.000. Pasalnya, penurunan suku bunga melemahkan dolar AS, sehingga meningkatkan daya tarik Bitcoin sebagai aset alternatif, dan mendorong aliran modal ke pasar kripto.

Selaras dengan hal ini, Co-Founder Cryptowatch Christopher Tahir juga mengatakan, saat ini sentimen penggerak utama masih berkutat kepada potensi kehadiran Trump pada Bitcoin Conference di Nashville. Menurutnya, hal ini penting karena Trump mendeklarasi keinginannya untuk menambahkan Bitcoin menjadi aset cadangan negaranya.

"Sehingga ini mendorong potensi peningkatan permintaan dan menjadi negara utama pertama yang akan mengadopsi Bitoin yang tentunya berpotensi membuat negara utama lainnya untuk mengikuti langkah ini," kata dia, saat dihubungi  Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Christopher memprediksi, pada pekan depan, harga Bitcoin masih berpotensi melanjutkan pergerakannya di rentang lebar antara US$ 60.000 - US$ 70.000, dikarenakan minimnya katalis dan sentimen positif pada Bitcoin saat ini.

"Namun, pada akhir tahun, diperkirakan Bitcoin dapat mencapai kisaran US$ 80.000," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih