Donald Trump Ancam Berlakukan Tarif 100% pada Negara-Negara yang Tinggalkan Dolar AS



KONTAN.CO.ID - Pada Sabtu (7/9/2024), Donald Trump berjanji akan menghukum negara-negara yang beralih dari penggunaan dolar AS jika dia terpilih sebagai Presiden AS nantinya. Salah satunya yakni dengan menambahkan pilar baru pada platform tarifnya.

"Anda meninggalkan dolar dan Anda tidak berbisnis dengan Amerika Serikat karena kami akan mengenakan tarif 100 persen pada barang-barang Anda," kata calon presiden dari Partai Republik tersebut pada sebuah rapat umum di negara bagian Wisconsin yang menjadi medan pertempuran pada Pemilu AS.

Mengutip Business Standard, pernyataan Trump tersebut menyusul diskusi selama berbulan-bulan antara Trump dan para penasihat ekonominya tentang cara-cara untuk menghukum sekutu atau musuh yang mencari cara aktif untuk terlibat dalam perdagangan bilateral dalam mata uang selain dolar.


Menurut penuturan sejumlah sumber yang mengetahui masalah tersebut sebelumnya kepada Bloomberg News, pilihan-pilihan tersebut mencakup kontrol ekspor, biaya manipulasi mata uang, dan tarif.

Trump, yang telah lama menganut kebijakan perdagangan proteksionis, mengatakan dolar telah "dikepung" selama delapan tahun. 

China, India, Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan membahas de-dolarisasi pada sebuah pertemuan puncak tahun lalu. 

Sebaliknya, Trump mengatakan bahwa ia ingin dolar tetap menjadi mata uang cadangan dunia, sebuah janji yang ia perbarui pada rapat umum hari Sabtu.

Baca Juga: Menteri Keuangan AS Janet Yellen: Mungkin Saya Sudah Selesai

Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), meskipun dominasi dolar telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir, mata uang AS masih menyumbang 59% dari cadangan devisa resmi pada kuartal pertama tahun 2024. Sementara di posisi kedua ada euro dengan menyumbang hampir 20%. 

Wisconsin adalah salah satu negara bagian yang paling penting dalam persaingan antara Trump dan saingan Demokratnya Kamala Harris. 

Keduanya berjuang untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih kelas pekerja di negara bagian tersebut, yang merasa tidak nyaman dengan agenda ekonomi Presiden Joe Biden dan tertarik pada daya tarik populis Trump.

Jajak pendapat Bloomberg News/Morning Consult yang dirilis minggu lalu menunjukkan Harris unggul di Wisconsin dengan 8 persentase poin, keunggulan terbesar atas Trump yang dimilikinya di antara tujuh negara bagian medan pertempuran dalam jajak pendapat tersebut.

Baca Juga: Trump: Para Donor Yahudi Akan Ditinggalkan Harris Jika Terpilih Sebagai Presiden AS

Sementara itu, Harris menghabiskan hari Sabtu di Pennsylvania untuk mempersiapkan debat hari Selasa dengan Trump, ujian besar berikutnya yang dapat mengubah jalannya persaingan yang ketat antar kedua kandidat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie