Donald Trump: AS Kini Menjadi Tangki Limbah Kejahatan



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Mantan Presiden AS, Donald Trump, menyampaikan pidato panjang terkait kepulangannya ke Washington untuk pertama kalinya sejak 2020. Dalam pidatonya, Trump menggambarkan kondisi AS saat ini seperti tempat limbah kejahatan.

Dilansir dari The Straits Times, pidato Trump pada Selasa (26/7) ini juga menjadi penutup acara America First Policy Institute yang berlangsung selama dua hari. Organisasi ini baru berdiri tahun  lalu dan sebagian besar diisi oleh mantan pejabat tinggi pemerintahan Trump.

Trump mengatakan AS berada dalam kondisi kemunduran dan pembusukan dalam banyak hal. Poin ini juga sempat disampaikan Trump saat melakukan pidato kemenangannya tahun 2017 yang bertajuk "American Carnage".


Baca Juga: Ini Pengakuan Mantan Pejabat Keamanan AS yang Bantu Rencanakan Kudeta di Negara Lain

"Negara kita sekarang menjadi tangki limbah kejahatan. Ini harus dihentikan dan harus dihentikan sekarang," ungkap Trump.

Trump menyoroti tingginya angka kejahatan, kecanduan narkoba, tunawisma, dan imigran ilegal  yang membanjiri perbatasan selatan AS.

Kenaikan 51% dalam angka pembunuhan di AS disebut Trump sebagai cerminan tidak adanya lagi penghormatan terhadap hukum dan ketertiban.

"Kita (AS) adalah zona perang. Kita membutuhkan upaya habis-habisan untuk mengalahkan kejahatan kekerasan, dan bersikap keras dan jahat dan kejam jika diharuskan," ungkap Trump.

Pada kesempatan yang sama, Trump turut menyampaikan dukungannya pada hukuman mati bagi pengedar narkoba.

Baca Juga: Joe Biden akan Bertemu Pangeran Saudi Mohammed bin Salman di Tengah Hujan Kritik

Trump juga sedikit menyinggung kekalahannya pada pemilu presiden tahun 2020. Trump bersikeras bahwa pemilihan itu dicurangi dan kemenangan telah dicuri darinya. 

Kritik keras Trump ini mendapat respons langsung dari Joe Biden. Melalui akun Twitter resminya, Biden menyindir Trump tidak memiliki keberanian untuk bertindak lebih soal kerusuhan di Capitol.

"Sebut saya kuno, tapi saya tidak berpikir menghasut massa yang menyerang petugas polisi adalah tindakan yang menghormati hukum. Seluruh Amerika tidak boleh lupa bahwa mantan presiden AS yang kalah, telah menyaksikan insiden 6 Januari dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak," tulis Biden.