KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 semakin mendekati puncaknya dengan persaingan yang sangat ketat antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik. Berdasarkan hasil survei terbaru dari
Wall Street Journal (WSJ), kedua kandidat tersebut berada dalam kondisi yang hampir seimbang di enam negara bagian utama yang akan menentukan hasil pemilu pada 5 November mendatang.
Persaingan di Negara Bagian Kunci
Survei WSJ yang dirilis pada Jumat, 11 Oktober 2024, menunjukkan bahwa Harris dan Trump hanya terpaut dua poin persentase di enam dari tujuh negara bagian yang dianggap sebagai medan tempur atau
battleground states.
Negara bagian ini menjadi kunci utama dalam menentukan siapa yang akan memenangkan kursi kepresidenan. Harris unggul di Arizona, Georgia, dan Michigan, sementara Trump memimpin di Pennsylvania, Wisconsin, North Carolina, dan Nevada.
Baca Juga: Kampanye Harris Kumpulkan US$1 Miliar, Namun Gagal Mendominasi Negara Bagian Kunci Namun, keunggulan Trump di Nevada mencapai 5 persen, yang menjadi satu-satunya hasil yang berada di luar margin kesalahan survei. Perlu dicatat bahwa pemilihan presiden di Amerika Serikat tidak ditentukan oleh suara populer secara nasional, melainkan oleh sistem
Electoral College. Setiap negara bagian memiliki jumlah suara elektoral yang sesuai dengan ukuran populasinya, dan kandidat yang menang di negara bagian tersebut akan mendapatkan semua suara elektoral, kecuali di Maine dan Nebraska yang menggunakan sistem proporsional.
Negara-Negara Bagian Penentu
Negara bagian yang menjadi pusat perhatian dalam pemilu kali ini meliputi Arizona, Georgia, Michigan, Pennsylvania, Wisconsin, North Carolina, dan Nevada. Negara-negara ini dikenal dengan istilah
swing states karena persaingan politik yang sangat ketat dan hasil pemilu yang sering kali tidak dapat diprediksi. Pada pemilu 2016, Trump berhasil memenangkan kursi presiden meskipun kalah dalam suara populer, dengan meraih kemenangan di sebagian besar negara bagian
battleground. Menurut survei terbaru dari
Pew Research Center yang dirilis bersamaan pada Jumat, Harris unggul secara nasional dengan 48 persen dibandingkan Trump yang memperoleh 47 persen suara. Namun, seperti yang telah terbukti di pemilu sebelumnya, hasil suara populer nasional tidak selalu mencerminkan pemenang kursi kepresidenan.
Fluktuasi Hasil Survei dan Faktor Ekonomi
Selama beberapa bulan terakhir, hasil survei pemilu presiden AS telah mengalami fluktuasi. Pada awal tahun 2024, Trump sempat menikmati keunggulan yang signifikan atas Joe Biden dalam hampir semua survei. Namun, posisi Partai Demokrat sedikit terangkat setelah Biden mundur dari pencalonan dan digantikan oleh Kamala Harris sebagai kandidat presiden. Survei dari
Morning Consult pada bulan September lalu bahkan menunjukkan Harris mengungguli Trump dengan 51 persen suara berbanding 46 persen.
Baca Juga: Harris Mempersempit Kesenjangan dengan Trump di Kalangan Suburban dan Kelas Menengah Namun, sejak itu, Trump tampaknya mampu mendapatkan kembali sebagian dukungan, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran publik mengenai kondisi ekonomi dan ketidakstabilan di Timur Tengah. Masalah ekonomi yang terus membayangi pemilu ini menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi preferensi pemilih. Kekhawatiran tentang inflasi, ketidakpastian pasar tenaga kerja, serta kebijakan luar negeri AS telah memberikan Trump kesempatan untuk merebut kembali simpati dari kalangan pemilih. Meskipun hasil survei saat ini menunjukkan persaingan yang sangat ketat, perlu diingat bahwa survei pemilu AS sebelumnya kerap kali meleset dari kenyataan. Pada pemilu 2016, banyak survei yang memprediksi kemenangan nyaman bagi Hillary Clinton, namun Trump akhirnya keluar sebagai pemenang. Dalam konteks ini, meskipun survei saat ini menunjukkan pertempuran yang ketat, para pengamat masih menekankan bahwa apapun bisa terjadi menjelang pemilu 2024.
Pertarungan Senat dan Dampaknya bagi Harris
Selain pemilihan presiden, hasil pemilu juga akan menentukan siapa yang menguasai Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. Penguasaan Senat, yang saat ini dipegang oleh Partai Demokrat dengan 51 kursi (termasuk empat anggota independen yang berkoalisi dengan Demokrat), juga diprediksi akan mengalami perubahan besar. Survei dari
New York Times pada hari yang sama memprediksi bahwa Demokrat kemungkinan besar akan kehilangan salah satu kursi penting di negara bagian yang condong ke Partai Republik.
Baca Juga: Klaim Donald Trump Pernah Kunjungi Gaza Diragukan, Tak Ada Bukti Pendukung Menurut survei tersebut, Partai Republik diprediksi akan berhasil merebut kursi di West Virginia, di mana Senator Demokrat konservatif, Joe Manchin, telah memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali. Selain itu, Senator Demokrat Jon Tester dari Montana juga tertinggal delapan poin persentase dari lawan Republiknya. Trump sebelumnya menang dengan mudah di Montana pada pemilu 2016 dan 2020. Demokrat juga dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan kursi Senat di Michigan, Pennsylvania, Ohio, Arizona, dan Nevada. Di sisi lain, mereka berharap dapat merebut kursi dari Partai Republik di Texas dan Florida. Penguasaan Senat sangat penting bagi presiden terpilih karena badan ini memiliki kekuasaan untuk mengonfirmasi penunjukan hakim dan anggota kabinet. Jika Harris menang dalam pemilu ini namun Partai Republik menguasai Senat, hal ini dapat menjadi hambatan besar dalam upayanya membentuk pemerintahan yang solid.
Editor: Handoyo .