Donald Trump Mengaku Punya Rencana untuk Hentikan Perang di Ukraina



KONTAN.CO.ID - Calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengaku telah menyiapkan rencana kejutan untuk menghentikan perang di Ukraina. Namun, dirinya hanya akan menyampaikan rencana itu jika terpilih sebagai presiden.

Hal itu disampaikan Trump dalam siniar milik Lex Fridman yang rilis pada 3 September 2024. Trump percaya diri rencananya itu akan mampu melahirkan perdamaian.

"Jika saya menang, sebagai presiden terpilih, kesepakatan saya akan tercapai, dijamin. Itu adalah perang yang seharusnya tidak terjadi. Saya punya rencana yang sangat tepat bagaimana menghentikan Ukraina dan Rusia," kata Trump, dikutip AFP.


Baca Juga: Berbicara dengan Zelenskiy, Trump Berjanji akan Akhiri Perang Ukraina-Rusia

Tidak hanya itu, Trump juga mengaku telah menyiapkan rencana tertentu untuk China, namun dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Tetapi saya tidak dapat memberikan rencana-rencana itu kepada Anda, karena jika saya memberikan rencana-rencana itu kepada Anda, saya tidak akan dapat menggunakannya," lanjutnya.

Dalam siniar tersebut, Trump mengatakan bahwa krisis di Ukraina dapat berubah menjadi perang dunia ketiga. Dirinya juga percaya bahwa beberapa titik panas global sedang memanas karena AS tidak memiliki sikap kepemimpinan.

Baca Juga: Tim Donald Trump Siapkan Rencana Perdamaian Rusia-Ukraina Jika Memenangkan Pemilu AS

Keengganan Trump untuk membocorkan rencana penyelesaian masalah juga sempat terlihat awal tahun ini.

Saat itu, para loyalis Trump di Kongres menolak menyampaikan rencana penyelesaian imigrasi karena tidak ingin pemerintahan Biden-Harris mendapat pujian jika masalah itu berhasil diselesaikan.

Trump mendapat kritik karena berulang kali memuji Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebaliknya, pemerintahan Joe Biden masih jadi mitra paling setia bagi Ukraina dan presiden Volodymyr Zelensky.

Ukraina dan Rusia masih terjebak dalam prang panjang yang dimulai pada Februari 2022, tepatnya ketika pasukan Rusia melintasi perbatasan menuju Ukraina.