JAKARTA. Produksi batubara Indonesia di tahun lalu naik 9,1% menjadi 421 juta ton dari sebelumnya 386 juta ton. Kenaikan produksi itu dinilai menjadi salah satu faktor penyebab harga komoditas ini sulit naik. Dus, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun berencana memberlakukan pembatasan produksi di tahun 2014.Pemerintah mematok produksi batubara di 2014 sebanyak 400 juta ton. Ini mencakup total produksi dari perusahaan pemegang konsesi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dan pemegang izin usaha pertambangan (IUP).Analis Paramitra Alfa Sekuritas, Fadhil Herdyansyah menilai positif rencana pembatasan produksi batubara itu tersebut. Jika produksi dibatasi, harga batubara berpotensi naik. Memang, pendapatan emiten batubara terancam menurun, jika harga batubara masih tetap rendah meski suplai berkurang. Menurut Fadhil, persoalan utama penurunan harga batubara saat ini adalah produksi berlebih namun permintaan turun. "Kalau suplainya berkurang, harga berpotensi naik lagi," ucap Fadhil.Pembatasan produksi memang akan berdampak pada semua emiten batubara. Namun, Fadhil menilai, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memiliki daya tahan lebih baik. Sebab, kedua emiten itu bisa menekan risiko negatif penurunan harga batubara lewat pelaksanaan program efisiensi sehingga bisa menjaga kinerja keuangan tetap solid.ADRO memiliki proyek out of pit overburden crusher and conveyor system (OPCC). Sedangkan, PTBA tengah menggalakkan sumber pembangkit listrik tenaga uap.Sementara, emiten lain seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indika Energy Tbk (INDY), berisiko lebih tertekan jika produksi mereka dipangkas.Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Arandi Nugraha mengingatkan, jika permintaan batubara turun, maka pembatasan pasokan belum tentu efektif mengerek harga. Dalam situasi itu, kinerja emiten bisa lebih buruk dari tahun 2013. "Tahun ini permintaan batubara mungkin tidak terlalu bagus, jadi perusahaan batubara lebih fokus melakukan efisiensi," tutur Arandi.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra pesimistis aturan ini bisa berjalan sesuai rencana. Sebab, pembatasan produksi batubara bukan hal baru dan tetap saja produksi melebihi target pemerintah. Dia ragu jika produksi batubara nasional tahun 2014 akan turun. "Kita harus lihat dulu, langkah pembatasan seperti apa yang akan dilakukan pemerintah," tukas Fajar.Produksi batubara sejumlah emiten memang naik signifikan di tahun 2013. Semisal, BUMI yang hingga September 2013 memproduksi 58,6 juta ton batubara, naik 22,85% year on year (yoy). Produksi ADRO juga naik 14% yoy menjadi 38,67 juta ton. Sementara. produksi batubara PTBA mencapai 13,24 juta ton atau naik 16,55%.Tahun ini, ambisi emiten meningkatkan jumlah produksi tak mengendur. BUMI menargetkan kenaikan produksi sebesar 10%-15% menjadi 93,5-97,75 juta ton. Sedangkan, PTBA mematok produksi 24,7 juta ton alias tumbuh 38,76%.Dengan sedikit perbaikan harga batubara di akhir 2013, Arandi memprediksi, rata-rata harga batubara di 2014 akan naik menjadi US$ 84 per ton.Tapi, ada faktor yang akan menekan harga batubara, yakni pengoperasian pembangkit listrik tenaga air terbesar di China pada medio 2014. Sebaliknya, permintaan batubara dari Jepang bakal meningkat, setelah pemakaian pembangkit listrik tenaga nuklir yang dinilai sangat berisiko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dongkrak harga batubara, produksi dibatasi
JAKARTA. Produksi batubara Indonesia di tahun lalu naik 9,1% menjadi 421 juta ton dari sebelumnya 386 juta ton. Kenaikan produksi itu dinilai menjadi salah satu faktor penyebab harga komoditas ini sulit naik. Dus, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun berencana memberlakukan pembatasan produksi di tahun 2014.Pemerintah mematok produksi batubara di 2014 sebanyak 400 juta ton. Ini mencakup total produksi dari perusahaan pemegang konsesi perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dan pemegang izin usaha pertambangan (IUP).Analis Paramitra Alfa Sekuritas, Fadhil Herdyansyah menilai positif rencana pembatasan produksi batubara itu tersebut. Jika produksi dibatasi, harga batubara berpotensi naik. Memang, pendapatan emiten batubara terancam menurun, jika harga batubara masih tetap rendah meski suplai berkurang. Menurut Fadhil, persoalan utama penurunan harga batubara saat ini adalah produksi berlebih namun permintaan turun. "Kalau suplainya berkurang, harga berpotensi naik lagi," ucap Fadhil.Pembatasan produksi memang akan berdampak pada semua emiten batubara. Namun, Fadhil menilai, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memiliki daya tahan lebih baik. Sebab, kedua emiten itu bisa menekan risiko negatif penurunan harga batubara lewat pelaksanaan program efisiensi sehingga bisa menjaga kinerja keuangan tetap solid.ADRO memiliki proyek out of pit overburden crusher and conveyor system (OPCC). Sedangkan, PTBA tengah menggalakkan sumber pembangkit listrik tenaga uap.Sementara, emiten lain seperti PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indika Energy Tbk (INDY), berisiko lebih tertekan jika produksi mereka dipangkas.Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Arandi Nugraha mengingatkan, jika permintaan batubara turun, maka pembatasan pasokan belum tentu efektif mengerek harga. Dalam situasi itu, kinerja emiten bisa lebih buruk dari tahun 2013. "Tahun ini permintaan batubara mungkin tidak terlalu bagus, jadi perusahaan batubara lebih fokus melakukan efisiensi," tutur Arandi.Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra pesimistis aturan ini bisa berjalan sesuai rencana. Sebab, pembatasan produksi batubara bukan hal baru dan tetap saja produksi melebihi target pemerintah. Dia ragu jika produksi batubara nasional tahun 2014 akan turun. "Kita harus lihat dulu, langkah pembatasan seperti apa yang akan dilakukan pemerintah," tukas Fajar.Produksi batubara sejumlah emiten memang naik signifikan di tahun 2013. Semisal, BUMI yang hingga September 2013 memproduksi 58,6 juta ton batubara, naik 22,85% year on year (yoy). Produksi ADRO juga naik 14% yoy menjadi 38,67 juta ton. Sementara. produksi batubara PTBA mencapai 13,24 juta ton atau naik 16,55%.Tahun ini, ambisi emiten meningkatkan jumlah produksi tak mengendur. BUMI menargetkan kenaikan produksi sebesar 10%-15% menjadi 93,5-97,75 juta ton. Sedangkan, PTBA mematok produksi 24,7 juta ton alias tumbuh 38,76%.Dengan sedikit perbaikan harga batubara di akhir 2013, Arandi memprediksi, rata-rata harga batubara di 2014 akan naik menjadi US$ 84 per ton.Tapi, ada faktor yang akan menekan harga batubara, yakni pengoperasian pembangkit listrik tenaga air terbesar di China pada medio 2014. Sebaliknya, permintaan batubara dari Jepang bakal meningkat, setelah pemakaian pembangkit listrik tenaga nuklir yang dinilai sangat berisiko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News